Solusi Pesisir Hijau: Pupuk Rumput Laut dengan Briket Sabut Kelapa dan kayu untuk Lamaru, Balikpapan

  • Ketua Pengabdian: Gevbry Ranti Ramdhani Simamora, S.Pi., M.Si | Anggota : Amalia Nur Kumalaningrum, S.Si., M.AgrSc.
  • Tahun Pengabdian: 2025

Deskripsi

Program pengabdian masyarakat bertajuk “Solusi Pesisir Hijau: Pupuk Rumput Laut dengan Briket Sabut Kelapa dan Kayu untuk Lamaru, Balikpapan” telah dilaksanakan sejak Februari hingga Mei 2025 di SMKN 5, Kelurahan Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur. Program ini melibatkan delapan mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan dari berbagai program studi, yaitu Teknik Perkapalan, Teknik Kelautan, dan Teknologi Pangan, yang didampingi oleh Ibu Gevbry Ranti Ramadhani Simamora, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sugandi, S.Kel., M.Si. selaku Ketua Sekolah Pantai Indonesia (SPI) yang menjadi mitra pengabdian masyarakat, ditemukan permasalahan lingkungan di wilayah pesisir, khususnya banyaknya limbah organik seperti rumput laut, sabut kelapa, dan kayu yang dibiarkan begitu saja tanpa pemanfaatan optimal.
Melihat potensi dan permasalahan tersebut, program pengabdian masyarakat ini berfokus pada inovasi pengolahan limbah pesisir menjadi produk bernilai tambah, yaitu pembuatan pupuk organik cair dari limbah rumput laut serta pembuatan briket dari sabut kelapa dan limbah kayu. Seluruh rangkaian kegiatan dirancang untuk memberdayakan masyarakat dan mendorong pelestarian lingkungan. Melalui kegiatan ini, kelompok pengabdian masyarakat ingin menunjukkan bahwa limbah yang sering diabaikan dapat diolah menjadi produk bermanfaat dengan teknologi sederhana dan mudah diterapkan. Pupuk organik cair dari rumput laut dipilih karena kandungan mineral dan nutrisi di dalamnya sangat baik untuk tanah, seperti nitrogen, fosfor, kalium, besi, kalsium, serta vitamin A dan C. Selain itu, rumput laut juga mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT) yang terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman terong. Proses pembuatan pupuk cair dilakukan dengan mengekstrak cairan rumput laut melalui pengomposan dalam tangki selama 14 hari, kemudian ditambahkan starter bakteri EM4 yang mengandung bakteri Lactobacillus dan Actinomycetes untuk mempercepat proses fermentasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk cair organik ini mampu meningkatkan kesuburan bibit tanaman terong secara signifikan dibandingkan bibit tanaman terong yang tidak diberi pupuk organik. Terbukti pada bibit tanaman terong yang diberi perlakuan penyiraman pupuk organik cair terjadi peningkatan pertumbuhan batang dan pelebaran diameter daun. Berbeda dengan perlakuan kontrol pada bibit tanaman terong dimana pada ukuran batang tidak menunjukkan hasil pertumbuhan yang mencolok dibanding bibit tanaman terong yang disiram dengan pupuk organik cair. Pemberian pupuk organik cair pada bibit tanaman terong berperan penting dalam merangsang pertumbuhan tanaman, sehingga dapat mempercepat pembentukan sel baru pada tanaman terong.
Selain itu, tim pengabdian masyarakat juga mengolah limbah sabut kelapa dan kayu menjadi briket sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan. Proses pembuatan briket dimulai dengan membakar sabut kelapa dan kayu hingga menjadi arang, kemudian arang dihaluskan dan dicampur dengan tepung tapioka sebanyak 15% sebagai perekat. Adonan tersebut diberi air panas untuk memudahkan pencetakan, lalu dicetak menggunakan alat khusus. Selanjutnya, briket dikeringkan menggunakan cabinet dryer atau dijemur di bawah sinar matahari selama tiga hari. Briket yang dihasilkan mampu mengeluarkan panas yang tinggi, dan menghasilkan asap yang minim. Berdasarkan dari pengujian briket sabut kelapa memiliki laju pembakaran selama 4 menit dengan durasi nyala briket selama ± 40 menit. Hal ini menunjukkan bahwa briket dengan sabut kelapa murni memiliki tingkat kerapatan partikel yang lebih rendah sehingga rongga antar partikel lebih besar yang memudahkan oksigen menyebar ke seluruh area yang akan mempercepat reaksi pembakaran pada briket. Berbeda dengan briket sabut kelapa dan kayu ulin yang memiliki laju pembakaran sekitar 10 menit dengan dengan durasi nyala briket selama ± 30 menit. Lama penyalaan briket ini diduga berkaitan dengan kerapatan rongga partikel. Rongga yang semakin sempit menyebabkan partikel briket sulit terbakar dengan cepat. 
Kegiatan pengabdian ini tidak hanya menghasilkan produk pupuk cair organik dan briket, tetapi juga memberikan pelatihan kepada warga agar mampu mengembangkan potensi sumber daya alam pesisir secara mandiri dan berkelanjutan. Dengan demikian, program ini menjadi contoh nyata bagaimana inovasi sederhana dapat memberikan solusi lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
 


Manfaat

Program pengabdian masyarakat ini memberikan informasi mengenai cara memanfaatkan limbah  pesisir menjadi produk yang bernilai seperti pupuk organik cair dari rumput laut dan briket dari kayu dan sabut kelapa. Selain itu ,program ini diharapkan dapat menjadi acuan pengabdian masyarakat berikutnya dalam mengembangkan inovasi pengolahan limbah organik di pesisir pantai.
 

AGENDA

12

Mar

Workshop Pembuatan Video Aftermovie KKN ITK
09.00 WITA s/d 12.00 WITA
Zoom Meeting : https://s.itk.ac.id/video_aftermovie

16

Feb

Scholarship Info Session : AUSTRALIA AWARDS
10.00 - 12.00 WITA
Zoom Cloud Meeting (https://s.itk.ac.id/zoom_aas)

11

Feb

Diseminasi Inovasi Edisi #1
13.30 WITA - Selesai
Via zoom meeting dan Youtube Institut Teknologi Kalimantan
Lihat Selengkapnya