Permasalahan sampah di Indonesia masih menjadi isu lingkungan nasional yang mendesak. Volume timbulan terus meningkat, namun kesadaran masyarakat untuk memilah dan mendaur ulang masih rendah, terutama di sektor pendidikan. Data Survei Litbang GGI menunjukkan 81% sampah sekolah tidak terolah dengan baik, sementara komposisi sampah plastik mencapai 54%.
SMAN 6 Balikpapan sebagai salah satu sekolah negeri di Kalimantan Timur memiliki potensi untuk menjadi pelopor perubahan perilaku ramah lingkungan melalui pendekatan edukatif dan teknologi. Namun, hingga saat ini pengelolaan sampah di sekolah masih dilakukan secara manual dan belum terintegrasi secara digital, sehingga efektivitas program daur ulang dan pemantauan kontribusi warga sekolah masih rendah. Hal ini juga menjadi kendala dalam upaya sekolah untuk mencapai sertifikasi Adiwiyata.

Gambar 1. Forum Group Discussion Bersama Mitra
Berdasarkan permasalahan tersebut, kami mengusulkan program berupa pendirian Bank Sampah Sekolah berbasis digital dengan memanfaatkan aplikasi EMOT (Earn Money From Trash) yang telah go-live sejak 18 September 2025 dan dapat diakses di emot.my.id. EMOT adalah platform edukatif dan gamifikasi yang memungkinkan siswa menyetorkan sampah, memperoleh poin penukaran hadiah, mengikuti leaderboard kelas, serta mengakses modul edukasi 3R langsung dari ponsel mereka. Di sisi pengelola, dashboard EMOT menyediakan laporan bulanan, manajemen data siswa, dan katalog jenis sampah sehingga arus material dan insentif tercatat transparan. Target luaran dari kegiatan ini adalah terbentuknya sistem Bank Sampah Digital Sekolah yang terintegrasi, mudah diakses oleh siswa dan guru, serta mampu mencatat dan memvisualisasikan kontribusi individu maupun kelas secara transparan.

Gambar 2. Grafik Pengumpulan dan Penjualan Sampah
Gambar tersebut memperlihatkan perkembangan kinerja Bank Sampah, perbandingan antara pengumpulan sampah dengan sampah yang terjual selama bulan Juli hingga November. Pada tahap awal, volume pengumpulan sampah meningkat bertahap dari 15,24 kg pada bulan Juli, 22,88 kg di bulan Agustus, lalu melonjak signifikan pada September hingga 52,74 kg dan mencapai puncak pada Oktober sebanyak 54,234 kg sampah yang berhasil dipilah. Setelah itu, terjadi penurunan pada sebesar 40% pada bulan November.
Dari sisi hilir, data menunjukkan sampah terjual mulai terealisasi pada Oktober sebesar 23,5 kg dan meningkat pada November menjadi 38 kg. Kondisi penjualan November yang lebih tinggi daripada pengumpulan bulan yang sama mengindikasikan bahwa penjualan dilakukan dengan memanfaatkan stok akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya, sehingga alur bank sampah mulai berjalan lebih lengkap dari pengumpulan, penyimpanan, hingga penjualan. Secara umum, tren ini menegaskan adanya penguatan partisipasi dan efektivitas pengelolaan sampah terpilah, sekaligus membuka ruang dampak ekonomi ketika volume terkumpul sudah cukup untuk dipasarkan.
Drive akses dokumentasi:
Dokumentasi LPPMhttps://drive.google.com/drive/folders/1UT5S5EEWe-bItV3VrDYy2TNBjMo4X5r1?usp=sharing
Tim Pelaksana Pengabdian:
1. Nursanti Novi Arisa, M.Kom.
2. Rendy Rifandi Kurnia (Sistem Informasi/JTEIB)
3. Norbertino Eurakha Nandatoti (Sistem Informasi/JTEIB)
4. Raisha Alika Irwandira (Sistem Informasi/JTEIB)
5. Muhammad Iqbal Alexandre Saputra (Informatika/JTEIB)
6. Irfan Naufal (Teknik Elektro/JTEIB)
7. Reshita Arifawani (Teknik Sipil/JTSP)
8. Annajwa Aulia Putri (Arsitektur/JTSP)
Dengan dilaksanakannya program Bank Sampah Digital EMOT di SMAN 6 Balikpapan, diharapkan sekolah dapat:
1. Meningkatkan partisipasi siswa dan guru dalam pemilahan sampah melalui sistem reward, poin, dan leaderboard.
2. Menyediakan data transaksi sampah yang terstruktur dan real-time untuk keperluan pelaporan Adiwiyata dan evaluasi lingkungan.
3. Memperoleh pendapatan tambahan dari penjualan sampah terpilah guna mendukung kegiatan pendidikan dan pemeliharaan fasilitas hijau.
4. Memperbaiki kualitas lingkungan sekolah sehingga tercipta ruang belajar yang lebih sehat dan nyaman.
5. Menguatkan posisi SMAN 6 Balikpapan sebagai role model sekolah hijau di Kota Balikpapan dan mendorong replikasi program di sekolah lain.