Pelaksanaan pengabdian masyarakat yang berfokus pada pembuatan komposter untuk pengelolaan sampah organik rumah tangga di Kelurahan Klandasan Ilir, Kota Balikpapan, diharapkan akan memberikan dampak positif yang signifikan, baik dalam mengurangi jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) maupun dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan. Kegiatan ini dimulai dengan survei yang dilakukan di beberapa Rukun Tetangga (RT) di wilayah tersebut untuk menentukan lokasi yang tepat untuk pelaksanaan program. Hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat di RT 31 memiliki antusiasme tinggi terhadap program ini dan siap untuk berpartisipasi aktif dalam setiap tahapannya. Keputusan untuk memilih RT 31 sebagai lokasi utama pelaksanaan KKN didasarkan pada tingkat partisipasi masyarakat yang lebih tinggi serta kesiapan mereka dalam menerima edukasi terkait pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Setelah memilih lokasi dan sasaran masyarakat, tahap selanjutnya adalah perancangan dan pembuatan alat komposter yang sederhana namun efektif. Komposter yang dirancang menggunakan bahan-bahan lokal seperti bambu dan kawat, yang tidak hanya murah dan mudah didapat, tetapi juga cukup tahan terhadap kondisi cuaca tropis yang sering kali lembap dan hujan. Pembuatan komposter ini dilakukan sepenuhnya oleh kelompok KKN, tanpa keterlibatan langsung dari warga setempat. Kelompok KKN bertanggung jawab atas seluruh proses pembuatan komposter, mulai dari pemilihan bahan, pemotongan bambu, perakitan struktur, hingga pemasangan komponen seperti kawat untuk menahan bahan organik yang dimasukkan.
Gambar 1. Proses Pembuatan Komposter
Setelah komposter selesai dibuat, dilakukan pengujian untuk memastikan fungsionalitas alat tersebut. Hasil pengujian pertama menunjukkan bahwa komposter mampu mengolah sampah organik dengan efektif, meskipun ada tantangan terkait waktu yang dibutuhkan untuk proses pengomposan. Secara umum, sampah organik yang dimasukkan ke dalam komposter mulai mengalami proses dekomposisi dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan metode pengolahan lainnya. Masyarakat yang terlibat dalam pelatihan dan sosialisasi penggunaan komposter ini juga mulai melihat hasil yang nyata dari penggunaan kompos tersebut, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah di kebun atau pekarangan mereka. Oleh karena itu, meskipun masih diperlukan perbaikan dalam waktu dan teknik pengomposan, alat yang dibuat terbukti dapat digunakan dengan baik untuk mengurangi volume sampah organik dan menghasilkan pupuk berkualitas yang ramah lingkungan.
Salah satu hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Sebelum adanya pelatihan ini, sebagian besar masyarakat tidak memahami cara mengelola sampah organik mereka secara mandiri. Namun, setelah diberikan edukasi dan pelatihan tentang penggunaan komposter, mereka mulai mempraktekkan pengelolaan sampah organik di rumah mereka masing-masing. Penggunaan komposter dalam skala kecil, seperti untuk kebun rumah tangga dan tanaman pekarangan, diharapkan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berpotensi merusak kualitas tanah. Selain itu, masyarakat menjadi lebih terbiasa untuk memilah sampah rumah tangga mereka antara sampah organik dan anorganik, sehingga proses pengelolaan sampah menjadi lebih terorganisir dan efektif.
Dalam jangka panjang, diharapkan bahwa program ini akan memberikan dampak yang lebih luas terhadap keberlanjutan lingkungan. Salah satu manfaat besar yang diharapkan adalah pengurangan jumlah sampah organik yang dibuang ke TPA, yang tentunya dapat mengurangi beban pencemaran lingkungan dan meningkatkan kapasitas TPA itu sendiri. Selain itu, dengan memanfaatkan kompos untuk pertanian rumah tangga, masyarakat diharapkan dapat memperoleh pupuk yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan pupuk kimia yang sering kali menyebabkan degradasi tanah dan kontaminasi air. Dari sisi ekonomi, pembuatan komposter juga diharapkan dapat mengurangi biaya pembelian pupuk kimia, sekaligus memberikan nilai tambah bagi masyarakat melalui hasil pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan.
Untuk mendukung kegiatan ini, dilakukan sosialisasi yang cukup intensif di antara warga setempat mengenai cara dan manfaat penggunaan komposter.Masyarakat diharapkan dapat mengembangkan program pengelolaan sampah ini secara mandiri setelah kegiatan KKN selesai. Dengan adanya pengelolaan sampah organik yang lebih terorganisir, diharapkan Kelurahan Klandasan Ilir bisa menjadi contoh bagi kelurahan-kelurahan lain yang menghadapi masalah serupa. Program ini bukan hanya memberi manfaat langsung dalam bentuk pengelolaan sampah yang lebih efisien, tetapi juga menciptakan pola hidup yang lebih sadar lingkungan di kalangan masyarakat.
Dokumentasi:
1. Melakukan Diskusi kepada mitra terkait program kerja
2. Melakukan Progress dari Pembuatan Komposter (Cat Ember Komposter)
3. Melakukan Progress dari Pembuatan Komposter (Membuat alat pendukung Komposter, seperti: pipa, kayu dan membolongi ember)
4. Melakukan Finalisasi dari Pembuatan Komposter
Tim Pelaksana Pengabdian:
1. Nursanti Novi Arisa, S.Pd., M.Kom. (Sistem Informasi/JTEIB/ITK)
2. Adji Muhammad Rizki Armanda (10221012/Sistem Informasi/JTEIB)
3. Rahmad Hidayat (10221038/Sistem Informasi/JTEIB)
4. Cahya Galur Permana (10221057/Sistem Informasi/JTEIB)
5. Ahmad Baihaqi (10221063/Sistem Informasi/JTEIB)
6. Sheva Aryo Susanto (10221088/Sistem Informasi/JTEIB)
7. Atiqa Fhadilla (17221010/Ilmu Aktuaria/JSAD)
8. Putri Setyaning Astuti (17221019/Ilmu Aktuaria/JSAD)
9. Dwi Saputri Febi Ayu (17221032/Ilmu Aktuaria/JSAD)
1. Mengurangi volume sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah ramah lingkungan melalui penggunaan komposter sederhana.
3. Memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dengan menghasilkan pupuk kompos yang dapat digunakan untuk pertanian rumah tangga atau tanaman pekarangan.
4. Mendukung pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, serta meningkatkan kesuburan tanah secara alami.