Pengembangan Museum Interaktif Berbasis Augmented Reality untuk Memperkuat Literasi Budaya di Desa Wisata Pampang, Samarinda

  • Ketua Pengabdian: Olivia Febrianty Ngabito M.Sn
  • Tahun Pengabdian: 2025

Deskripsi

 

Gambar 1. Rumah Adat Lamin Desa Pampang (Sumber: Penulis)

 

 

Samarinda merupakan kota dengan berbagai suku dan budaya, seperti Dayak, Kutai, Banjar, Bugis, dan Jawa, yang hidup damai bersama. Keanekaragaman budaya tersebut terlihat dari tradisi, seni tari, dan adanya desa-desa yang melestarikan budaya, salah satunya ialah Desa Wisata Pampang, desa yang memainkan peran penting dalam konservasi budaya Dayak Kenyah. Desa Budaya Pampang adalah salah satu tujuan wisata budaya unggulan di Kalimantan Timur yang masih melestarikan tradisi Suku Dayak Kenyah hingga saat ini. Rumah Adat Lamin yang berfungsi sebagai pusat kegiatan budaya, penyimpanan artefak tradisional, dan berbagai ornamen serta benda simbolik menjadikan desa ini tempat vital untuk melestarikan identitas budaya lokal.

 

 

 

Gambar 2. Tim Pengabdi bersama masyarakat Desa Pampang (Sumber: Penulis)

 

 

Namun dibalik itu, ada persoalan di mana gelombang globalisasi dan percepatan pembangunan wilayah Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara menjadi tantangan serius, terutama terkait dokumentasi, penyajian informasi, dan regenerasi pemahaman budaya untuk generasi muda. Selama ini, informasi artefak budaya Dayak Kenyah masih disampaikan dengan cara konvensional melalui penjelasan lisan dan papan informasi. Pola ini masih kurang dapat menawarkan pengalaman edukasi yang mendalam, terutama bagi wisatawan yang telah terbiasa dengan paparan  media digital. Di samping itu, beberapa artefak seperti patung tradisional, hiasan ukiran, dan objek ritual belum terdokumentasi secara teratur, sehingga berisiko kehilangan nilai historis dan makna simbolisnya di masa depan.

 

Dari tantangan ini, tim pengajar Institut Teknologi Kalimantan (ITK) melaksanakan program pengabdian masyarakat dengan mengembangkan museum interaktif yang berbasis teknologi digital menggunakan Augmented Reality (AR) yang berfokus pada artefak budaya. Program ini dipimpin oleh Olivia Febrianty Ngabito, dengan anggota tim Fulkha Tajri M, Denny Huldiansyah, serta tim mahasiswa yaitu Kurnia Fajar Eydelwais, Syauqi Yusva Zulfadhil, Muhammad Bintang Kurniawan, dan Laurencia Veronica Manullang. Kegiatan ini melibatkan kolaborasi antar disiplin dari bidang Desain Komunikasi Visual dan Arsitektur, serta melibatkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Budaya Pampang sebagai mitra utama.

 

Teknologi AR digunakan sebagai sarana penafsiran budaya untuk menyajikan informasi digital mengenai artefak, seperti patung tradisional, hiasan Rumah Lamin, dan benda warisan Dayak Kenyah. Dengan memindai penanda tertentu, pengunjung bisa melihat visualisasi tiga dimensi dan membaca tentang fungsi, makna simbolis, serta topik budaya dari setiap artefak. Metode ini memungkinkan pengunjung untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang budaya tanpa merusak atau mengganggu keaslian objek budaya tersebut.

 

Pelaksanaan program dilakukan dengan pendekatan berbasis komunitas yang partisipatif. Tahap pertama berfokus pada penentuan kebutuhan melalui survei di lapangan dan dialog dengan pemimpin adat serta manajer pariwisata. Langkah berikutnya mencakup perencanaan dan penyusunan modul pelatihan pengelolaan museum, sistem pencatatan koleksi, serta prosedur operasional standar untuk pengelolaan museum yang berbasis komunitas. Pengembangan konten digital melibatkan tokoh adat guna menjamin keakuratan dan legitimasi informasi budaya yang disajikan.

 

 

 

Gambar 3. Tim Pengabdi melakukan Sosialisasi dan Pelatihan  bersama pokdarwis dan masyarakat Desa Pampang (Sumber: Penulis)

 

 

Secara keseluruhan, pembentukan museum interaktif berbasis teknologi digital di Desa Wisata Pampang menunjukkan peluang besar sebagai pendekatan revitalisasi warisan budaya Dayak Kenyah. Kolaborasi antara pelestarian budaya dan inovasi teknologi diharapkan dapat meningkatkan daya tarik pariwisata budaya, mengembangkan literasi budaya masyarakat, serta menciptakan peluang bagi pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan di Kalimantan Timur. Kegiatan ini dibiayai oleh DRTPM BIMA.

 

 

Tim Pelaksana Pengabdian:

1. Olivia Febrianty Ngabito M.Sn (Desain Komunikasi Visual/JTSP/ITK)
2. Fulkha Tajri M S.Pd., M.Sn  (Desain Komunikasi Visual/JTSP/ITK)
3. Ir. Denny Huldiansyah, S.T., M.Arch., IPP (Arsitektur/JTSP/ITK) 
4. Kurnia Fajar Eydelwais (Desain Komunikasi Visual/JTSP/ITK)
5. Syauqi Yusva Zulfadhil (Desain Komunikasi Visual/JTSP/ITK)
6. Muhammad Bintang Kurniawan (Desain Komunikasi Visual/JTSP/ITK)
7. Laurencia Veronica Manullang (Arsitektur/JTSP/ITK) 

 


Manfaat

1. Melindungi informasi sejarah dan makna simbolik artefak Dayak Kenyah dalam format digital.

 

2. Mengalihkan cara mempelajari budaya dari hanya membaca informasi menjadi pengalaman visual 3D yang menarik, sehingga mempermudah pengunjung

 

3. Meningkatkan daya saing Desa Wisata Pampang sebagai destinasi berbasis Smart Tourism di Kalimantan Timur dan kawasan IKN.

 

4. Meningkatkan profesionalisme pengelola destinasi wisata dalam manajemen museum digital dan mendorong ekonomi lokal lewat peningkatan jumlah pengunjung yang berminat pada inovasi teknologi ini

 

5. Program ini dapat menjadi Role Model bagi desa wisata lain di Kalimantan Timur, terutama dalam menyambut pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

AGENDA

12

Mar

Workshop Pembuatan Video Aftermovie KKN ITK
09.00 WITA s/d 12.00 WITA
Zoom Meeting : https://s.itk.ac.id/video_aftermovie

16

Feb

Scholarship Info Session : AUSTRALIA AWARDS
10.00 - 12.00 WITA
Zoom Cloud Meeting (https://s.itk.ac.id/zoom_aas)

11

Feb

Diseminasi Inovasi Edisi #1
13.30 WITA - Selesai
Via zoom meeting dan Youtube Institut Teknologi Kalimantan
Lihat Selengkapnya