Pada 22 Februari 2025, bertempat di Posyandu lansia “Sumber Asih”Sumberejo, sejumlah warga dan mahasiswa berkumpul untuk menghadiri pembukaan dan sosialisasi kegiatan kelompok KKN M 3 Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Kegiatan KKN yang berjudul Penerapan Metode Bioflok dan Sistem Energi Terbarukan Pada Budidaya Ikan Lele di Kampung Pelita ini dibimbing oleh Luh Putri Adnyani, dosen Teknik Kelautan ITK sekaligus membuka kegiatan KKN. Kegiatan pembukaan dan sosialisasi dihadiri oleh Lurah Sumberejo (Pak Paing), Ketua LPM Kelurahan Sumber Rejo, Ketua RT 10 Kampung Pelita, anggota Kelompok Pelaksana Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (Poklak UP2K) Kampung Pelita, serta warga RT 10.
Ketua kelompok KKN M 3, Eri Syafrizal, memberikan pemaparan mengenai latar belakang dan pelaksanaan program. Eri menyampaikan bagaimana budidaya ikan lele merupakan salah satu sektor perikanan air tawar yang memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya di wilayah perkotaan dan semi-perkotaan. Kegiatan ini umumnya diminati karena karakteristik ikan lele yang tahan terhadap kondisi lingkungan, cepat tumbuh, serta membutuhkan modal usaha yang relatif rendah. Namun demikian, praktik budidaya konvensional masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti tingginya konsumsi pakan dan penurunan kualitas air akibat akumulasi limbah, yang berdampak pada produktivitas dan keberlanjutan usaha. Sebagai upaya untuk menjawab permasalahan tersebut, metode bioflok diimplementasikan dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Pelita, Kecamatan Balikpapan Tengah. Metode ini mengandalkan peran mikroorganisme dalam mengolah senyawa nitrogen anorganik, seperti ammonia, menjadi flok yang dapat dikonsumsi kembali oleh ikan sebagai sumber pakan tambahan. Dengan demikian, sistem bioflok tidak hanya membantu menjaga kualitas air tetap stabil, tetapi juga meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan mengurangi limbah organik dalam kolam. Untuk mendukung keberlangsungan sistem bioflok, digunakan aerator bertenaga panel surya sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. Alat ini berfungsi untuk menyediakan suplai oksigen secara kontinu dalam kolam, menjaga flok tetap tersuspensi, dan mendukung pertumbuhan mikroorganisme aerobik. Selain itu, pengukuran kualitas air dilakukan menggunakan kertas pH, sebagai alat sederhana untuk memantau tingkat keasaman air kolam secara berkala. Pemantauan ini penting guna memastikan kondisi lingkungan budidaya tetap berada dalam rentang optimal bagi kehidupan ikan dan mikroorganisme. Implementasi kegiatan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat, terutama dalam proses pembangunan kolam, persiapan bioflok, dan operasional alat. Hal ini bertujuan untuk menghidupkan kembali kegiatan budidaya ikan lele yang sebelumnya sempat terhenti, serta mendorong kemandirian dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan teknologi budidaya berbasis lingkungan. Adapun beberapa rangkaian kegiatan untuk penerapan Program Kerja KKN di Kampung
Pelita ini sebagai berikut:
1. Rancang Bangun Kolam Ikan Lele
Perancangan kolam ikan lele dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi lahan, daya tahan struktur, serta kesesuaian dengan sistem bioflok. Kolam dibentuk menggunakan bahan terpal Orchid D2 T1 dengan diameter ±2 meter yang dilapisi karpet talang untuk mengurangi risiko kebocoran. Sebagai penyangga utama, digunakan rangka dari besi wiremesh yang dibentuk melingkar agar mampu menahan tekanan air secara optimal. Sebelum pemasangan terpal, dilakukan pembangunan pondasi berbentuk lingkaran menggunakan campuran semen dan pasir. Pondasi ini berfungsi sebagai dasar penopang untuk menjaga kestabilan kolam dan mencegah pergeseran struktur akibat kelembaban struktur dasar kolam.
Gambar 1. Rancang Bangun Kolam Ikan Lele
2. Rancang Bangun PLTS (Panel Surya)
Sistem aerasi menjadi komponen penting dalam metode bioflok karena menjaga ketersediaan oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dan ikan. Untuk menjamin kontinuitas operasional aerator, sistem ini ditopang oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai sumber energi terbarukan. Panel surya yang digunakan dirancang untuk memenuhi kebutuhan listrik aerator selama siang dan malam hari, sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap listrik PLN serta mendukung keberlanjutan sistem secara mandiri. PLTS ini menggunakan beberapa komponen yaitu sebagai berikut:
Gambar 2. Rancang Bangun PLTS
3. Penerapan Sistem Bioflok
Metode bioflok merupakan teknik budidaya ikan berbasis pada pemanfaatan mikroorganisme untuk mengolah limbah organik, terutama senyawa nitrogen, menjadi flok (gumpalan mikroba) yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami. Sistem ini dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi pakan, menjaga kualitas air, serta mengurangi pencemaran lingkungan selama proses budidaya. Dalam penerapannya, beberapa bahan pendukung ditambahkan ke dalam kolam, diantaranya yakni, kapur dolomit digunakan untuk menstabilkan pH air dengan cara menetralkan keasaman melalui kandungan kalsium dan magnesium. Garam krosok berfungsi meningkatkan daya tahan ikan terhadap fluktuasi lingkungan. EM4 (Effective Microorganisms 4) ditambahkan untuk memperbaiki kualitas air dengan menguraikan bahan organik dan menekan pertumbuhan bakteri patogen, sehingga membantu menjaga kestabilan pH kolam. Untuk meningkatkan efektivitas bioflok, ditambahkan juga aquaenzym dan molase (tetes tebu). Aquaenzym berfungsi membantu menguraikan sisa pakan dan menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam lingkungan budidaya ikan. Sementara itu, molase berfungsi sebagai sumber karbon yang penting bagi pertumbuhan bakteri pembentuk flok (gumpalan mikroba), yang nantinya menjadi pakan alami bagi ikan lele. Setelah semua bahan dicampurkan sesuai dosis, kolam diendapkan selama tujuh hari agar mikroorganisme dapat berkembang dan membentuk flok yang optimal dalam mendukung pertumbuhan benih lele. Integrasi sistem bioflok ini juga didukung oleh penerapan energi terbarukan melalui pemasangan panel surya sebagai sumber energi untuk alat aerator. Sistem ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas budidaya, tetapi juga mewujudkan pengelolaan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan mendorong kemandirian masyarakat dalam mengelola potensi lokal secara optimal.
Gambar 3. Bahan-Bahan Sistem Bioflok