Air bersih merupakan kebutuhan dasar yang esensial bagi kehidupan, terlebih di kawasan publik seperti tempat wisata. Sayangnya, tidak semua kawasan wisata di Indonesia memiliki akses terhadap sumber air bersih yang memadai. Salah satu contohnya adalah Wisata Meranti yang terletak di Kelurahan Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara. Kawasan ini tengah dikembangkan sebagai destinasi wisata edukatif dan ramah lingkungan, namun masih menghadapi persoalan krusial terkait penyediaan air bersih bagi pengunjung dan pengelola. Air sumur bor yang tersedia memiliki kualitas buruk, ditandai dengan warna keruh, bau logam menyengat, serta kandungan zat besi yang tinggi. Hal ini menyebabkan air tidak layak digunakan untuk aktivitas dasar seperti mencuci tangan, keperluan sanitasi, dan pengelolaan fasilitas umum. Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK) yang tergabung dalam kelompok KKN I-6 merancang sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui penerapan teknologi tepat guna berupa sistem filtrasi air bersih. Kegiatan ini dimulai dengan observasi lapangan dan pengukuran kualitas air menggunakan alat pengukur pH. Hasil pengukuran menunjukkan pH air mencapai 8,3 dan kekeruhan air melebihi standar kualitas air bersih sesuai dengan Permenkes No. 32 Tahun 2017. Temuan awal ini menjadi dasar untuk menyusun sistem penyaringan dua tahap guna menurunkan kadar logam dan meningkatkan kejernihan air.
Gambar 1. Pengukuran pH Awal Menunjukkan Nilai 8,3
Tahap pertama dari sistem ini adalah instalasi filter air sederhana yang dirancang menggunakan bahan-bahan lokal seperti kerikil, ijuk, pasir malang, pasir silika, arang aktif, dan karbon aktif. Semua material tersebut dimasukkan secara berlapis ke dalam drum 200 liter yang telah dimodifikasi dengan sistem perpipaan dan valve pengatur. Proses pemasangannya dilakukan secara manual oleh mahasiswa KKN dengan dukungan tenaga masyarakat sekitar. Filter ini berfungsi sebagai penyaring awal yang menghilangkan partikel kasar, lumpur, serta sebagian kandungan logam dari air sumur.
Gambar 2. Filter Sederhana
Setelah melewati filter pertama, air dialirkan ke tahap kedua, yaitu filtrasi menggunakan filter A03. Filter ini dilengkapi elemen sedimen dengan pori-pori mikro yang mampu menyaring partikel halus dan zat terlarut, serta efektif menghilangkan bau logam. Air kemudian ditampung di dalam tandon air, sebelum akhirnya disalurkan menuju fasilitas umum seperti kamar mandi, musala, dan toilet di area wisata. Rancangan ini dibuat sedemikian rupa agar distribusi air bersih berjalan efisien dan terpusat pada titik-titik strategis di kawasan wisata.
Gambar 3. Instalasi filter A03 sebagai tahap akhir dalam sistem penyaringan air di Wisata Meranti
Uji coba sistem dilakukan setelah semua komponen terpasang. Sampel air hasil filtrasi menunjukkan peningkatan signifikan, baik secara visual maupun berdasarkan parameter kimia. Warna air menjadi jernih, tidak lagi berbau logam, dan memiliki nilai pH netral sebesar 7. Dari segi kekeruhan, air berada dalam rentang 0–1 NTU, yang menandakan bahwa air layak digunakan untuk keperluan higiene dan sanitasi.
Gambar 4. Perbandingan Botol Air Sebelum dan Sesudah Filtrasi (Air Keruh vs Air Jernih)
Gambar 5. Pengukuran pH Akhir Menunjukkan Nilai 7
Selain fokus pada aspek teknis, kegiatan KKN ini juga melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses implementasi sistem filtrasi. Tim KKN tidak hanya menyerahkan alat yang telah dirancang dan diuji, tetapi juga memberikan penjelasan langsung kepada mitra mengenai cara kerja dan perawatan sistem yang dipasang. Kegiatan ini berlangsung secara informal di lapangan, bersamaan dengan proses pemasangan unit filtrasi. Warga dan pengelola wisata turut membantu menyusun lapisan media filter, menyambungkan pipa saluran, dan menguji aliran air hasil filtrasi. Melalui keterlibatan tersebut, masyarakat memperoleh pemahaman praktis mengenai prinsip kerja sistem serta langkah-langkah perawatan dasar yang dapat dilakukan secara mandiri agar alat tetap berfungsi optimal dalam jangka panjang.
Gambar 6. Dokumentasi Keterlibatan Mitra dalam Proses Pemasangan Filter Air di Lokasi Wisata Meranti
Sebagai bagian dari strategi keberlanjutan, tim menyampaikan bahwa elemen sedimen pada filter A03 harus diganti maksimal setiap tiga bulan sekali, atau lebih cepat apabila terjadi penurunan debit air, kekeruhan meningkat, atau bau logam muncul kembali. Pada sistem filter sederhana, media seperti kerikil, ijuk, pasir malang, pasir silika, arang aktif, dan karbon aktif perlu diperiksa secara rutin setiap dua bulan sekali. Jika ditemukan media yang sudah jenuh atau tidak efektif, maka media tersebut perlu diganti agar penyaringan tetap optimal. Selain itu, pembersihan drum dan pengecekan saluran pipa juga perlu dilakukan secara berkala untuk menjaga kelancaran aliran air. Meskipun tidak disusun dalam bentuk panduan tertulis, informasi terkait jadwal dan cara perawatan telah disampaikan secara lisan kepada mitra, dengan harapan sistem yang telah dibangun dapat dikelola secara mandiri dan berkelanjutan. Secara keseluruhan, program ini tidak hanya menyelesaikan persoalan teknis terkait air bersih, tetapi juga memberikan kontribusi edukatif dan mendorong pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan fasilitas lingkungan.
Tim Pelaksana Pengabdi:
1. Mengetahui metode perancangan dan penerapan sistem filtrasi air sederhana dan lanjutan (Filter A03) untuk mengurangi kadar zat besi dan bau logam dari air sumur di kawasan wisata.
2. Memberikan gambaran mengenai pemanfaatan teknologi tepat guna berbasis bahan lokal seperti pasir malang, arang aktif, dan ijuk dalam sistem penyaringan air.
3. Menjadi acuan bagi kegiatan pengabdian masyarakat atau penelitian lanjutan yang ingin mengembangkan sistem penyediaan air bersih di daerah wisata atau wilayah yang memiliki kualitas air rendah.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumber daya air dan penerapan sistem filtrasi air untuk keperluan sanitasi dan fasilitas umum.
5. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan kawasan wisata berbasis edukasi lingkungan dan konservasi sumber daya air.