Minimnya pemanfaatan lahan kosong pada lingkungan masyarakat, khususnya di RT. 20 Kecamatan Batu Ampar, mencerminkan masih rendahnya kesadaran serta inisiatif dalam mengoptimalkan penggunaan ruang yang tersedia untuk kegiatan produktif dan berkelanjutan. Lahan kosong seharusnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan perekonomian warga sering kali dibiarkan tidak terurus atau digunakan untuk hal yang kurang bermanfaat. Padahal, dengan pemanfaatan teknologi pertanian modern seperti sistem akuaponik, lahan sempit sekalipun dapat disulap menjadi area budidaya yang menghasilkan dua produk berupa sayuran dan ikan dalam satu siklus budaya sekaligus.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa Akuaponik sangat cocok diterapkan pada lahan kosong terbatas seperti kondisi lingkungan di RT. 20 Kecamatan Batu Ampar, yang memiliki sedikit lahan kosong untuk dapat dimanfaatkan. Masyarakat dapat memanfaatkan lahan sempit non produktif (pekarangan rumah) menjadi lahan budidaya secara akuaponik untuk memproduksi ikan dan sayur dalam rangka memenuhi kebutuhan sayur dan daging ikan sekala kecil (rumah tangga) atau meningkatkan pendapatan masyarakat lewat hasil produksi ikan dan sayur yang dikembangkan. Dengan sistem ini, masyarakat dapat menghasilkan dua komoditas sekaligus, yaitu sayuran dan ikan, yang keduanya merupakan sumber protein dan gizi penting. Selain itu, akuaponik memiliki keunggulan dalam efisiensi penggunaan air, peningkatan kadar oksigen melalui aerasi, dan produktivitas tanaman yang lebih tinggi dibandingkan metode konvensional. Sistem ini juga menjadi sarana edukasi yang baik untuk memahami konsep ekosistem terpadu dan pertanian berkelanjutan.
Namun, salah satu hambatan utama dalam penerapan sistem akuaponik di lingkungan masyarakat RT. 20 Kecamatan Batu Ampar, adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan yang memadai mengenai konsep, cara kerja, dan manfaat dari sistem akuaponik itu sendiri. Sebagian besar masyarakat belum mengenal secara menyeluruh mengenai cara untuk mengelola sistem akuaponik, mulai dari perawatan ikan, pemilihan tanaman, hingga sistem sirkulasi air dan pengolahan limbah organik. Kurangnya pelatihan, sosialisasi, dan akses terhadap informasi membuat masyarakat ragu untuk memulai, bahkan enggan untuk mencoba teknologi ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih serius untuk memberikan edukasi, pendampingan, dan contoh nyata agar masyarakat termotivasi dan mampu mengelola sistem akuaponik secara mandiri dan berkelanjutan.
Akuaponik adalah sistem budidaya terpadu yang menggabungkan akuakultur (budidaya ikan) dan hidroponik (budidaya tanaman tanpa tanah) dalam satu ekosistem yang saling menguntungkan (Bangkit, 2017). Wadah yang digunakan bervariasi mulai dari terpal hingga drum. Sistem kerja akuaponik adalah air dari wadah budidaya ikan dipompa menuju tempat memelihara tanaman. Air yang mengandung limbah metabolisme ikan nantinya akan menjadi pupuk organik bagi tanaman (Ferijal et al., 2017). Limbah organik dari ikan, seperti kotoran dan sisa pakan, diubah secara biologis menjadi nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Tanaman yang menyerap limbah metabolisme berguna sebagai filter sehingga bisa menjaga kualitas air di wadah budidaya ikan. Tanaman berperan dalam menyaring air, sehingga air yang kembali ke kolam menjadi bersih dan layak untuk ikan. Sistem ini bersifat berkelanjutan karena memanfaatkan limbah sebagai sumber nutrisi, tanpa perlu pupuk kimia tambahan (Rokhmah & Ammatillah, 2018). Kegiatan akuaponik ini mampu menyediakan kebutuhan protein dan sayuran dalam satu wadah dan dapat dipanen secara bersamaan (Setyati, 2020).
Pembuatan akuaponik dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kami menggunakan wadah untuk media tanam dan budidaya ikan berupa 2 buah drum plastik volume 200 L dengan masing masing drum yang dibagi menjadi 2 bagian, kemudian disusun menjadi 2 tingkat dengan susunan 2 buah drum bagian atas sebagai media tanam dan 2 buah drum bagian bawah menjadi media untuk budidaya ikan. Tanaman yang digunakan adalah kangkung, kami menggunakan tanaman kangkung karena Kangkung merupakan salah satu jenis tanaman air yang dapat dipelihara dengan sistem akuaponik. Tanaman ini merupakan alternatif filter yang nantinya juga akan dipanen. Kangkung digunakan dalam sistem akuaponik ini karena kangkung mudah dipelihara tanpa adanya metode khusus (Setyati, 2020). Pada sistem akuaponik yang kami buat, kami menggunakan media tanam berupa pasir malang pada lapisan atas, dan pada lapisan bawah yaitu menggunakan batu kerikil. kedua media tanam ini juga sangat membantu dalam proses filtrasi air pada rangkaian akuaponik yang kami buat.
Kemudian untuk ikan yang digunakan yaitu ikan nila dan ikan lele, kami mencoba terlebih dahulu dengan menggunakan ikan nila, akan tetapi penggunaan ikan nila dalam sistem akuaponik ini kurang optimal karena Kualitas air seperti suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen terlarut, serta tingkat keasaman suatu perairan (pH), dan juga rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan adalah suatu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan nila (Andriyan et al., 2018). Lalu kami menggantinya dengan menggunakan ikan lele, Ikan lele merupakan salah satu komoditas favorit ikan air tawar. Hal ini dikarenakan harga ikan lele yang relatif murah jika dibandingkan dengan ikan yang lain. Selain itu ikan lele juga mudah dipelihara sehingga banyak pembudidaya tertarik untuk memelihara ikan lele. Keunggulan dari ikan lele adalah metode budidayanya mudah diterapkan, mampu dibudidayakan dengan padat tebar yang tinggi (intensif), serta memiliki toleransi terhadap lingkungan yang tinggi (Suminto et al., 2019). Kualitas air untuk media hidup ikan lele adalah DO 3 mg/L, pH : 6-8, suhu 25-30 OC, dan salinitas mencapai 10 ppt (Zaidy, 2008). Alasan pada sistem akuaponik ini menggunakan adalah karena ikan lele memiliki nilai ekonomis, mudah dipelihara, serta memiliki banyak peminat. Kemudian, pada penelitian yang dilakukan oleh (Hasan et al., 2017) menyatakan bahwa pada sistem akuaponik yang mengintegrasikan antara ikan lele dengan tanaman kangkung, pertumbuhan ikan lele dinilai cukup cepat dengan efisiensi pakan hingga 53%.
Gambar 1. Gambar Sistem Akuaponik
Rangkaian akuaponik adalah sistem terpadu yang menggabungkan budidaya ikan (akuakultur) dan penanaman tanaman tanpa tanah (hidroponik) dalam satu ekosistem yang saling mendukung. Rangkaian sistem akuaponik ini dimulai dengan menyiapkan kolam budidaya menggunakan drum yang diletakkan di atas rangka baja sebagai penopang. Drum kemudian diisi air untuk memastikan tidak bocor dan layak digunakan sebagai kolam ikan. Setelah itu, dibangun rangka akuaponik untuk menampung media tanam yang terhubung dengan kolam ikan, membentuk sistem sirkulasi air yang saling menguntungkan antara ikan dan tanaman yang dibantu dengan pompa air. Selama proses budidaya, ikan diberi pakan satu kali sehari secukupnya, sedangkan pada tanaman kangkung tidak memerlukan pupuk tambahan karena nutrisi diperoleh dari kotoran dan sisa pakan ikan yang terurai dalam air.
Gambar 3. Rangkaian dan sistematis akuaponik
Kemudian untuk proses pengamatan dan monitoring dilakukan setiap hari secara bergantian dan terjadwal untuk pemberian makan ikan dan juga memastikan pertumbuhan ikan dan tanaman berjalan optimal. Setelah dua bulan, dilakukan proses panen dengan cara mengurangi air dalam kolam, memindahkan ikan ke dalam bak berisi air bersih, dan mencabut tanaman dari media tanam, kemudian memisahkan akar dari bagian tanaman yang bisa dikonsumsi, kemudian hasil dari sistem akuaponik ini dibagikan kepada warga sekitar.
Gambar 4. Monitoring serta panen hasil akuaponik
Tim Pelaksana Pengabdian Masyarakat:
1. Riza Hudayarizka, B.Sc., M.Sc (FPB/ Teknik Lingkungan)
2. Deshinta Aulia Saharani (FPB/ Teknik Lingkungan)
3. Sunarti (FRTI/ Teknik Material dan Metalurgi)
4. Antonio Efrem Daresto Jastin (FRTI/ Teknik Material dan Metalurgi)
5. Felicia Joylynn Paraisu (FRTI/ Teknik Material dan Metalurgi)
6. Eka Purbaningrum (FRTI/ Teknik Material dan Metalurgi)
7. Moch. Dwi Prasetio Bayu Aji (FRTI/ Teknik Material dan Metalurgi)
8. Keisya Ghafira (FPB/ Teknik Lingkungan)
9. Redina Anis Fadila Maulana (FPB/ Teknik Lingkungan)
1. Peningkatan ekonomi masyarakat, dengan adanya program akuaponik masyarakat memiliki pendapatan tambahan dari hasil panen tanaman dan budidaya ikan.
2. Dampak positif pada kesehatan lingkungan dan masyarakat karena penggunaan lahan untuk kegiatan produktif seperti akuaponik dapat mengurangi area yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya hama atau penyakit.
3. Penggunaan Lahan Kosong yang lebih efisien, dengan adanya akuaponik, lahan tersebut dapat menjadi lebih produktif dan estetik, sehingga mengurangi kesan berantakan dan potensi masalah kesehatan.