Sampah merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan sangat penting yang belum teratasi secara optimal di Indonesia saat ini. Sampah akan terus meningkat jumlahnya seiring bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah. Sumber utama penghasil sampah berasal dari rumah tangga dengan segala aktivitasnya.
Dari kandungan materinya, sampah dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik (sampah yang berasal dari bagian hewan, tumbuhan dan manusia) dan sampah anorganik (sampah yang berasal dari bahan mineral seperti logam, kaca, plastik, dsb). Sampah organik mengandung berbagai macam zat seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dsb. Secara alami, zat-zat tersebut mudah terdekomposisi atau terurai oleh pengaruh fisik, kimia, enzim yang dikandung oleh sampah itu sendiri dan enzim yang dikeluarkan oleh organisme yang hidup di dalam sampah. Proses dekomposisi sampah organik yang tidak terkendali umumnya berlangsung anaerobik (tanpa oksigen). Dari proses ini timbul gas-gas seperti H 2 S dan CH 4 yang baunya menyengat sehingga proses ini dikenal sebagai proses pembusukan. Dari proses ini timbul pula leachate (air lindi) yang dapat menyebabkan pencemaran air tanah dan permukaan. Sampah yang membusuk juga merupakan sumber penyakit seperti bakteri, virus, protozoa, maupun cacing. Sampah memiliki nilai jika dilakukan pengolahan kembali, baik itu sampah organik maupun sampah anorganik. Akan tetapi karena minimnya pengetahuan masyarakat terkait pengolahan sampah dapat menyebabkan timbunan sampah khususnya sampah rumah tangga semakin hari semakin meningkat. Salah satu pengolahan sampah khususnya pada sampah organik yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan adalah dengan mengolahnya menjadi pupuk organik cair (POC). Pupuk organik cair merupakan larutan yang diperoleh dari proses penguraian bahan organik sisa tanaman, kotoran hewan yang mengandung banyak unsur hara. Pupuk organik cair memiliki keunggulan seperti dapat mengatasi kekurangan unsur hara pada tanah serta umumnya tidak merusak tanah dan tanaman, walaupun digunakan sesering mungkin. Oleh karena itu, pupuk organik cair dapat menjadi salah satu alternatif pengganti pupuk sintesis. Pada kegiatan pengabdian masyarakat kali permasalahan yang diangkat yaitu bagaimanakah cara memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat dalam pembuatan pupuk organik cair.
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 18 Mei 2024. Adapun tempat pelaksanaannya di rumah Mitra kami yaitu Bapak Suhartono Jalan Padat Karya, RT.04, Kelurahan Muara Rapak, Kecamatan Balikpapan Utara. Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan persiapan pelatihan dan sosialisasi yang akan dilakukan dengan melakukan komunikasi bersama mitra terkait tempat, waktu, dan teknik pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya kegiatan sosialisasi dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu: (1) pemberian materi pengenalan pupuk organik cair; (2) praktik langsung pembuatan pupuk organik cair (POC).
Proses pelatihan diawali dengan pemberian materi tentang sampah organik, pupuk organik cair, dan cara pembuatan POC. Penyampaian materi tentang sampah organik dan pupuk organik cair disampaikan langsung oleh Muhammad Rizky mahasiswa teknik kimia. Di sela-sela penyampaian materi warga diberikan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan terkait dengan materi yang belum dipahami melalui sesi diskusi dan tanya jawab.
Setelah kegiatan pemberian materi dilanjutkan dengan kegiatan praktik langsung pembuatan pupuk organik cair. Pembuatan POC disampaikan langsung oleh Borneo Bayu Samudra dan Muhammad Rizky yang merupakan mahasiswa teknik kimia serta dibantu oleh Rommy Juniardhin mahasiswa teknik elektro. Untuk kelancaran pelaksanaan pelatihan sebagian besar alat dan bahan sudah disiapkan oleh tim kegiatan pengabdian masyarakat dari di bawah bimbingan Bapak Abdul Mujib Syadzali, S.Pd.I., MA.Pd.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair (POC) antara lain galon air mineral 15 L, pisau, dan talenan. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain air cucian beras 6 L, air gula merah 1 L, sampah organik (dedaunan, buah busuk), dan bioaktivator alami/EM4.
Proses evaluasi kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab dengan warga untuk memantapkan pengetahuan warga terkait materi yang sudah diberikan. Dari hasil evaluasi diperoleh para warga merasa puas dengan mendapatkan tambahan informasi terkait proses pengelolaan sampah khususnya sampah organik. Sebelumnya para warga menceritakan bahwa semua sampah rumah tangga hanya dikumpulkan dan diangkut oleh petugas sebanyak 2 kali seminggu terkadang hanya 1 kali seminggu. Sehingga bisa dibayangkan jumlah sampah yang dihasilkan dari rumah tangga jika diangkut hanya 1 kali seminggu. Dengan adanya pengetahuan tambahan ini para warga merasa sedikit terbantu jika sampah hanya diangkut 1 kali seminggu oleh petugas, dikarenakan jumlah sampahnya tidak terlalu banyak dan sebagian sampah yang akan diangkut hanya sampah non-organik, sedangkan untuk sampah organiknya dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik cair. Selain itu bentuk evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan pemanenan pupuk organik cair dan melihat kualitas dari pupuk yang dihasilkan.
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga akan pentingnya pembuatan dan pemanfaatan pupuk organik cair dari limbah organik sekitar.
2. Mendorong warga untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam secara bijak yaitu melalui pengolahan limbah menjadi pupuk organik cair.
3. Meningkatkan produktivitas tanaman pertanian warga secara berkelanjutan dengan menggunakan pupuk organik buatan sendiri dari hasil penelitian.
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena bisa mengurangi biaya pupuk kimia dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara lokal sebagai alternatif pengganti pupuk kimia.
5. Mengurangi polusi lingkungan akibat limbah organik yang dibuang tidak pada tempatnya.