Penajam Paser Utara — Tim dosen dan mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK) berhasil mengembangkan sistem Rainwater Harvesting (penampungan air hujan) hybrid yang memadukan pemanfaatan air hujan dan air tanah melalui mekanisme filtrasi berbasis pasir Malang. Sistem ini dirancang untuk meningkatkan ketersediaan air bersih bagi masyarakat Kelurahan Sungai Parit, Kabupaten Penajam Paser Utara, khususnya di lingkungan Masjid Baitussalam.
Selama ini, Masjid Baitussalam belum terhubung dengan jaringan PDAM dan hanya mengandalkan sumber air hujan serta air tanah tanpa sistem penyaringan yang memadai. Akibatnya, kualitas air yang digunakan untuk kegiatan wudhu dan kebersihan masih belum memenuhi standar air bersih. Melalui kegiatan ini, tim ITK menawarkan solusi Rainwater Harvesting hybrid, yaitu sistem penampungan air yang dapat bekerja dengan dua sumber — air hujan saat musim penghujan dan air tanah saat musim kering.
Tim yang diketuai oleh Ahmad Azwar Mas’ud dari Program Studi Teknik Kelautan, bersama dosen Afif Taufiiqul Hakim, Wahyu Dwi Lesmono, serta mahasiswa dari berbagai program studi (Teknik Kelautan, Teknik Sipil, dan Ilmu Aktuaria), merancang sistem penyaringan dengan media pasir Malang yang berfungsi meningkatkan kualitas air dari kedua sumber tersebut.
Hasil pengujian menunjukkan peningkatan kualitas air yang signifikan. Sebelum disaring, air hujan memiliki pH 6,3 dan kadar TDS (Total Dissolved Solids) 627 ppm—angka yang tidak memenuhi standar air bersih. Setelah melalui proses filtrasi, pH meningkat menjadi 7,0 dan TDS turun drastis menjadi 27 ppm. Sistem ini bekerja dengan memanfaatkan gaya gravitasi tanpa memerlukan energi listrik, sehingga efisien dan mudah diterapkan pada komunitas berskala kecil.
Selain pembangunan sistem hybrid ini, tim ITK juga melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat dan pengurus masjid mengenai cara penggunaan, perawatan, serta pencucian balik (backwash) filter. Warga setempat menunjukkan antusiasme tinggi dan turut mempraktikkan pengoperasian alat secara langsung.
Menurut Ahmad Azwar Mas’ud, sistem hybrid ini menjadi solusi berkelanjutan bagi wilayah yang belum terjangkau layanan air bersih.
“Sistem ini fleksibel digunakan baik di musim hujan maupun kemarau. Dengan teknologi yang sederhana dan biaya rendah, masyarakat dapat memanfaatkan air dari dua sumber sekaligus secara efisien,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa konsep sistem Rainwater Harvesting hybrid ini dapat dikembangkan untuk skala yang lebih kecil, seperti rumah tangga atau bangunan sederhana, dengan tetap menyesuaikan konfigurasi dan komposisi media filtrasi terhadap kondisi air setempat. Artinya, desain media penyaring seperti pasir Malang, kerikil, atau arang aktif dapat disesuaikan menurut karakteristik kualitas air di masing-masing lokasi, sehingga sistem tetap efektif dan efisien.
Program ini mendapat dukungan penuh dari Institut Teknologi Kalimantan (ITK) sebagai bentuk komitmen kampus dalam pengembangan teknologi tepat guna dan pemberdayaan masyarakat di Kalimantan Timur. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi contoh penerapan teknologi ramah lingkungan yang dapat direplikasi di daerah lain dengan kondisi serupa, terutama pada fasilitas publik seperti masjid, sekolah, atau balai pertemuan warga.
—
Reporter: Humas ITK
Tim Pelaksana Pengabdian:
1. Afif Taufiiqul Hakim, S.T., M.Sc. (Dosen)
2. Wahyu Dwi Lesmono, S.Si., M.Si. (Dosen)
3. Gio Febrian Arfai
4. Oktavia Hadi Azzizah
5. Nadia Zahara Romadhona
6. Lailatul Musyarrofah Sudirman
7. Astrit Julia Sinta Dewi
8. Rifdah Nirmala Sari
9. Zavicka Alamanda Rizvisal
10. Inka Niq Masuru
11. Muhammad Zacki Fasya
12. Angela Aulia Rosi Moningkey
Kegiatan ini menghadirkan sistem Rainwater Harvesting hybrid dengan filtrasi pasir Malang yang meningkatkan akses air bersih bagi masyarakat, memberdayakan mereka untuk mengelola dan merawat sistem secara mandiri, serta menerapkan teknologi tepat guna yang sederhana, hemat biaya, dan ramah lingkungan.