Kawasan di sekitar Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) memiliki banyak kawasan luas yang tidak termanfaatkan secara produktif sehingga tidak dapat mendukung perekonomian masyaarakat sekitar. Oleh karena itu, sebagian masyarakat memilih untuk menjadi buruh serabutan di kota dibandingkan mengenbangkan wilayah mereka. Namun, pada tahun 2019 beberapa kelompok warga mulai melakukan budidaya maggot black soldier fly (BSF) yang kemudian berkembang dengan mengintegrasikan peternakan dan sayuran organik atau dikenal dengan sebutan petratonik. Sejak pandemi COVID-19, petratonik mengalami pasang surut akibat kurangnya ketersediaan sumber pakan bagi maggot. Tidak hanya itu , kurangnya pasokan sumber pakan juga berdampak pada ketersediaan limbah bekas maggot (kasgot) yang dapat dimanfaatkan pupuk organik.
Maggot saat ini sudah dikenal masyarakat luas sebagai salah satu alterntif sumber protein pada pakan ternak. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan kandungan protein maggot sangat tinggi mencapai 40%. Kadar protein yang tinggi ini menjadi salah satu potensi maggot yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Selain itu juga maggot memiliki sedikitnya 10% kandungan asam amino esensial. Pemanfaatan maggot sebagai pakan juga sangat mudah, yaitu dapat digenakan dalam bentuk segar ataupun bentuk campuran untuk dijadikan pelet. Residu yang dihasilkan oleh maggot atau bekas maggot (kasgot) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena memiliki unsur penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang dibutuhkan oleh tanaman.
Berdasarkan masalah yang dihadapi, solusi yang diberikan adalah perlu dilakukan upaya untuk memastikan ketersediaan maggot dan kasgot untuk petratonik sehingga kelompok petratonik dapat memanfaatkan kegiatan tersebut sebagai sumber ekonomi. Kegiatan ini juga terintegrasi dengan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) yang dilakukan bersama mahasiswa ITK sebagai agen perubahan dengan aksi nyata untuk mengembangkan lingkungan sekitar. Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan dan pendampingan untuk menjadikan masyarakat lebih mandiri dalam mengembangkan petratonik di kawasannya.
Untuk menghasilkan integrasi antara budidaya dengan peternakan dan pertanian, maka masalah yang harus diselesaikan antara lain perkembangbiakkan lalat BSF dan kebutuhan sampah organik bagi maggot BSF yang saling berhubungan dalam satu siklus utuh sekitar 40 – 43 hari. Untuk meningkatkan jumlah lalat BSF, upaya yang dilakukan adalah penataan kembali kendang lalat BSF dari ukuran kandang, suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya yang dibutuhkan.
Maggot yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan cara proses pengeringan untuk meningkatkan umur simpannya. Teknik pembuatan magot kering (mag dry) dilakukan dengan cara maggot segar direndam dengan air mendidih selama 10 menit. Proses ini dilakukan tidak hanya untuk membunuh maggot, namun juga untuk membersihkan maggot dari kotorannya (kasgot). Kemudian maggot yang sudah mati dicuci bersih dan ditiriskan. Terakhir maggot yang bersih dikeringkan dengan cara disangrai hingga berwarna kecoklatan dan memiliki tekstur yang renyah. Proses pengeringan maggot dilakukan secara hati-hati agar bentuk maggot tidak berubah.
Menurut Kepala RT 36 program budidaya maggot ini sangat bermanfaat bagi warga sekitar, karena selain meningkatkan kerja sama antar warga, melalui program ini juga warga dapat berkontribusi untuk pengembangan potensi sumber daya alam yang ada di wilayah Sei Wain ini. Selain itu, melalui program ini warga mendapatkan ilmu serta pengalaman dalam mengembangkan pertanian, perkebunan, dan budidaya maggot sebagai alternatif pakan ikan lele dan ayam kampung. Mitra juga berpendapat “Kami sangat senang dengan kehadiran pengabdian di kampung kami. Hari demi hari dilalui dengan suka dan canda tawa, pengetahuan dan wawasan serta program yang diberikan sangat membantu kelompok kami. Terima kasih telah mau menjalankan program pengabdian kepada masyarakat di kampung kami. Semoga program yang kalian kerjakan dapat bermanfaat bagi kami”. Seluruh tim pengabdian kepada masyarakat juga mengucapkan terima kasih banyak kepada warga setempat atas kesempatan dalam menjalankan program ini dan dapat turut serta dalam suksesnya kegiatan ini. Kami berharap dengan adanya kegiatan ini, ikatan tali silaturahmi antara civitas akademika ITK, mitra, dan perusahaan mitra, yaitu Pertamina RU V bagian CSR. Serta harapan kedepannya, kegiatan ini dapat menjadi program yang berkelanjutan.
1. Meningkatnya produksi telur dan maggot BSF
2. Alternatif pengelolaan pertanian organik terpadu
3. Bahan acuan warga untuk melakukan budidaya maggot yang berbasis zero waste dan life cycle
4. Meningkatnya pengetahuan budidaya BSF