Salah satu opsi pengolahan limbah cair secara biologi adalah dengan menggunakan teknik fitoremediasi. Tanaman air yang potensial digunakan dalam penyisihan kontaminan dengan teknologi fitoremediasi adalah eceng gondok (Eichhornia crassipes). Tanaman eceng gondok dapat menyerap kontaminan organik maupun anorganik. Penambahan aerasi pada proses fitoremediasi dapat membantu mempercepat proses penyerapan polutan yang ada pada air limbah. Upaya untuk mengetahui kemampuan tanaman.
Teknologi fitoremediasi dengan menggunakan tanaman eceng godok mampu menurunkan kadar ammonia sebesar 90-99%. Eceng gondok memiliki akar yang mampu menyerap amonia langsung dari air limbah. Akar tanaman memiliki rambut akar yang berperan dalam menyerap nutrien dan kontaminan. Amonia yang terlarut dalam air akan berdifusi melalui permukaan akar dan masuk ke dalam jaringan tanaman. Setelah amonia masuk ke dalam jaringan akar tanaman, bakteri yang hidup di sekitar akar akan mengubah amonia menjadi senyawa nitrogen. Selain itu penurunan amonia juga disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter yang ada pada akar eceng gondok dan mampu merombak amonia (NH3) menjadi nitrit (NO2) dan nitrit menjadi nitrat (NO2) yang dapat diserap oleh tumbuhan tersebut, proses ini disebut nitrifikasi.
Efisiensi penyisihan nilai BOD air limbah domestik dengan teknologi pengolahan fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok adalah sebesar 70%-96,43% dari konsetrasi awal air limbah dengan nilai BOD 28 mg/L. Terjadinya penurunan kadar BOD disebabkan karena tersedianya oksigen di dalam air limbah yang membantu dalam meregenerasi zat-zat organik. Pada saat proses fitorediasi terbentuk zona rizosfer yang kaya akan oksigen diseluruh permukaan rambut akar tanaman eceng gondok. Oksigen tersebut mengalir ke akar melalui batang setelah berdifusi dari atmosfer melalui pori-pori daun. Pelepasan oksigen oleh akar tanaman air menyebabkan air disekitar rambut akar memiliki kadar oksigen terlarut (DO) yang lebih tinggi dibandingkan dengan air yang tidak ditumbuhi tanaman.
Nilai BOD sangat penting ketahui karena merupakan analisis empiris untuk mengukur proses-proses biologis (khususnya aktivitas mikroorganisme yang berlangsung di dalam air). Sedangkan nilai COD merupakan analisis empiris jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air, sehingga terkadang nilai COD lebih besar daripada nilai BOD. Kemampuan penyisihan nilai COD dengan teknologi fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok yaitu sebesar 70-85,9%.
Rasio nilai BOD/COD juga penting diketahui. Ketika suatu limbah cair tingkat degradasinya semakin tinggi, maka rasio BOD/COD tersebut akan berbanding lurus menjadi semakin besar. Suatu limbah cair disebut biodegradable apabila rasio BOD/COD 0,3-0,8. Rasio Nilai BOD/COD pengolahan limbah cair domestik dengan teknologi fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok adalah 0,1–0,5, nilai tersebut menjelaskan bahwa limbah cair domestik dapat diolah secara biologi. Rasio nilai BOD/COD sebagaimana Gambar 1.
Gambar 1. Rasio BOD/COD fitoremediasi tamanan eceng gondok
Berdasarkan efesiensi penyisihan nilai BOD, COD, dan ammonia yang diukur dari proses pengolahan limbah cair domestik dengan teknologi fitoremdiasi maka tanaman eceng gondok efektif dalam menyisihkan kontaminan yang ada pada limbah cair. Kelebihan lain yang ada pada tanaman eceng gondok adalah ketersediannya melimpah sehingga mudah didapat, selain itu teknologi fitoremediasi dengan tanaman eceng gondok merupakan teknologi yang murah dalam mengolah limbah serta ramah lingkungan.
1. Memberikan referensi ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya di bidang fitoremediasi sebagai alternatif pengolahan air limbah domestik.
2. Memberikan teknologi alternatif dan pengembangan metode yang ramah lingkungan dan ekonomis dalam menurunkan konsentrasi amonia, BOD, dan COD pada limbah cair.
3. Memberikan informasi mengenai potensi eceng gondok dalam menyisihkan konsentrasi amonia, BOD, dan COD pada limbah cair domestik.