Penelitian ini dimulai dari masalah yang sering dihadapi oleh pengajar bahasa Indonesia di lingkungan perguruan tinggi, yaitu rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ejaan dan tanda baca ketika menulis teks akademik. Kesalahan yang terjadi tidak hanya sekadar teknis, tetapi juga berimplikasi pada kurangnya daya kritis dalam menulis dan menyusun argumen ilmiah. Melihat kondisi ini, peneliti mengembangkan spesifikasi tes diagnostik berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang mampu mendiagnosis kelemahan mahasiswa sekaligus mendorong keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Metode yang digunakan adalah studi literatur enam tahap: (1) mengidentifikasi masalah yang dihadapi mahasiswa, (2) menelusuri literatur terkait asesmen diagnostik dan HOTS, (3) menyeleksi referensi yang relevan, (4) mengorganisasi teori menjadi kerangka kerja, (5) melakukan analisis kritis untuk menemukan celah penelitian, dan (6) menyusun hasil kajian secara sistematis. Hasil penelitian menghasilkan empat komponen utama. Pertama, tes diagnostik ejaan, yang mencakup aspek Huruf Kapital, Huruf Miring, Huruf Tebal, Kata Dasar, Kata Berimbuhan, Kata Terikat, Kata Ulang, Gabungan Kata, Pemenggalan Kata, Kata Depan, Kata Ganti, Partikel, Singkat, Singkatan, Akronim, Angka, dan Lambang Bilangan. Setiap aspek disusun dengan indikator berpikir analitis, evaluatif, dan kreatif sesuai ranah HOTS. Kedua, tes diagnostik tanda baca, yang meliputi Tanda Titik, Tanda Koma, Tanda Titik Koma, Tanda Titik Dua, Tanda Hubung, Tanda Pisah, Tanda Ellipsis, Tanda Tanya, Tanda Seru, Tanda Kurung, Tanda Kurung Siku, Tanda Petik, Tanda Garis Miring, Tanda Petik Tunggal, dan Apostrof. Tes ini dikembangkan dalam format soal pilihan ganda untuk mengukur analisis dan evaluasi, serta soal uraian untuk mengukur kemampuan mencipta. Ketiga, teknik penskoran menggunakan pendekatan Cognitive Diagnostic Assessment (CDA). Berbeda dengan tes sumatif yang hanya memberi nilai akhir, CDA memetakan kesulitan mahasiswa berdasarkan batasan tertentu (≥70% benar dikategorikan mampu, <70% dikategorikan kurang mampu). Model ini dipadukan dengan Multistage Testing (MST), di mana mahasiswa hanya dapat melanjutkan ke level lebih tinggi (C5 evaluasi atau C6 kreasi) jika telah menguasai level sebelumnya (C4 analisis). Keempat, pengembangan umpan balik yang terdiri dari data kuantitatif (skor pencapaian) dan data kualitatif (deskripsi kekuatan dan kelemahan mahasiswa). Umpan balik ini untuk membantu dosen dalam merencanakan pembelajaran, sekaligus memotivasi mahasiswa memperbaiki diri secara mandiri.
Kontribusi utama penelitian ini adalah menghadirkan instrumen asesmen bagi pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat perguruan tinggi yang berfungsi ganda, yaitu menilai capaian mahasiswa dan mengasah proses berpikir kritis mereka. Melalui tes diagnostik berbasis HOTS, peran mata kuliah Bahasa Indonesia semakin kuat sebagai landasan keterampilan akademik yang pada akhirnya membantu mahasiswa menulis karya ilmiah lebih baik dan menumbuhkan rasa bangga pada bahasa Indonesia.
Tim Peneliti
1. Yustina Fitriani, S.Pd., M.Pd. (Ilmu Aktuaria/ JSAD) 
2. Mega Pratiwi, S.Pd., M.Pd. (Ilmu Aktuaria/ JSAD)
3. Farida Nur Hayati, S.Si., M.Stat (Statistika/ JSAD)
1. Memberikan pedoman dalam pengembangan tes diagnostik ejaan dan tanda baca berbasis HOTS.
2. Membantu dosen mendiagnosis kesulitan mahasiswa dalam menulis akademik serta merancang pembelajaran lanjutan yang tepat sasaran.
3. Menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mengenali kelemahan sekaligus mengembangkan keterampilan menulis sesuai kaidah penulisan ilmiah.
4. Mengintegrasikan keterampilan berpikir tingkat tinggi (analisis, evaluasi, kreasi) dengan kemampuan kebahasaan.
5. Menjadi referensi untuk pengembangan asesmen inovatif di bidang bahasa, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi.