Sintesis Hijau adalah proses kimia yang mengemban prinsip-prinsip keberlanjutan, di mana zat pereduksi kimia sintetis digantikan oleh ekstrak produk alami seperti daun pohon atau buah-buahan untuk sintesis nanopartikel. Sebelum pengenalan metode sintesis hijau, sintesis nanopartikel umumnya dilakukan menggunakan metode kimia dan fisika. Metode fisika, seperti penguapan dan laser ablasi, sering kali memerlukan biaya yang tinggi serta melibatkan proses yang cukup panjang. Sementara metode kimia konvensional melibatkan reduksi garam logam dengan agen pereduksi kuat, yang berpotensi berbahaya bagi lingkungan, baik akibat toksisitas reagen maupun produk samping dari reaksi. Pentingnya sintesis hijau semakin mendapat sorotan, terutama dengan berkembangnya produksi berskala besar nanopartikel logam dan non-logam, yang membawa risiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Institut Teknologi Kalimantan melalui kelompok riset Program Studi Teknik Material dan Metalurgi yang diketuai oleh Ade Wahyu Yusariarta Putra Parmita dan melibatkan beberapa mahasiswa, mencoba untuk membuat nanomagnetite (Fe3O4) dengan menggunakan metode sintesis hijau.
Sintesis hijau melibatkan tiga langkah penting, yaitu pemilihan media pelarut yang ramah lingkungan, pemilihan agen pereduksi yang tidak merugikan lingkungan, dan pemilihan zat yang tidak beracun untuk menjaga stabilitas nanopartikel yang dihasilkan. Nanomagnetite memiliki sifat unik, seperti ukuran sangat kecil, luas permukaan yang tinggi, sifat magnetik yang baik, dan biokompatibilitas yang besar. Nanomagnetite yang dihasilkan melalui metode sintesis hijau memiliki keunggulan dibandingkan dengan nanopartikel yang dihasilkan melalui pendekatan fisika-kimia. Hal ini terjadi karena bahan alam yang digunakan dalam sintesis hijau mampu mempertahankan nanomaterial agar tidak mengalami aglomerasi yang berlebihan. Tim riset memanfaatkan limbah daun nanas sebagai ekstrak yang dimanfaatkan untuk mensistesis nanomagnetite. Limbah daun nanas dipilih dikarenakan memiliki gugus fungsi yang dibutuhkan untuk membuat nanomagnetite yaitu karbonil, amina dan hidroksil. Nanomagnetite dimanfaatkan sebagai katalis untuk mendegradasi limbah air terutama untuk limbah warna. Dalam percobaan yang dilakukan tim peneliti, telah berhasil mendegradasi limbah warna dalam hal ini digunakan artifisial methylene blue dibuktikan dengan perubahan warna yang semula biru menjadi bening kekuningan dalam waktu empat hari. Namun masih perlu peningkatan performa dikarenakan waktu yang diperlukan untuk mendegradasi cukup lama dan perubahan warna yang terjadi dari biru menjadi kuning dalam waktu 8 jam, yang menandakan bahwa terionisasinya nanomagnetite dikarenakan tidak stabil.
Pengolahan limbar air