Potensi Rumput Laut Eucheuma cottonii and Gracilaria sp. di Daerah Penyanggah Ibu Kota Nusantara (IKN)

  • Fokus Riset: Pertanian dan Pangan

  • Ketua Peneliti: Gevbry Ranti Ramadhani Simamora, S.Pi., M.Si | Anggota : Amalia Nur Kumalaningrum, S.Si., M.AgrSc dan Siti Munfarida, S.T., M.T
  • Tahun Penelitian: 2024

Deskripsi

Pemindahan Ibu Kota Nusantara (IKN) ke Kalimantan Timur membuka peluang besar bagi pengembangan sektor kelautan dan perikanan, termasuk budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii dan Gracilaria sp.. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi sebaran rumput laut di perairan daerah penyangga IKN, seperti Balikpapan, Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara (PPU), dan Paser.

 

Hasil survei menunjukkan bahwa aktivitas budidaya rumput laut masih aktif di beberapa lokasi, seperti Balikpapan (Batakan, Manggar, Lamaru, dan Teritip), Kutai Kartanegara (Muara Sembilang dan Tanah Merah), PPU (Babulu Laut), dan Paser (Desa Maruat). Namun, berbeda dengan daerah PPU yang berdekatan dengan kawasan IKN (Nipah-Nipah, Sungai Parit, dan Jenebora), aktivitas budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii dan Gracilaria sp. telah berhenti. Berdasarkan wawancara dengan mantan petani rumput laut, penghentian ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan kondisi lingkungan, kurangnya dukungan infrastruktur, dan harga jual yang rendah.

 

Data produksi tahunan (2019–2023) yang diperoleh melalui diskusi dengan Ibu Irma Listiyawati, S.Pi., MP., Kepala Bidang Budidaya dan PDSP Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kalimantan Timur, mengungkapkan tren produksi yang beragam di empat daerah tersebut. Balikpapan menunjukkan kenaikan produksi setiap tahun, sedangkan Kutai Kartanegara mengalami penurunan. Kabupaten Paser menunjukkan tren produksi yang fluktuatif, dan di PPU hanya Babulu Laut yang mencatat produksi dengan pola yang juga fluktuatif. Total produksi budidaya rumput laut dari empat daerah tersebut meningkat dari 22.381,742 ton pada 2019 menjadi 56.278,922 ton pada 2023.

 

 

 

Kegiatan lanjutan melibatkan survei lapangan untuk memperoleh sampel rumput laut, memetakan luas lahan budidaya, dan melakukan wawancara dengan petani. Eucheuma cottonii umumnya dibudidayakan di laut lepas, seperti di Tanah Merah, Kutai Kartanegara, dan Balikpapan. Sementara itu, Gracilaria sp. dibudidayakan di tambak, seperti di Muara Sembilang (Kutai Kartanegara), Babulu Laut (PPU), dan Desa Maruat (Paser).

 

Sampel rumput laut yang diperoleh, baik dalam keadaan basah maupun kering, diuji di laboratorium untuk mengkarakterisasi kandungan nutrisinya. Selain itu, pemetaan lokasi dilakukan untuk melihat sebaran lahan budidaya dan menentukan potensi pengembangan wilayah berbasis data.

 

 

Gambar (a) Eucheuma cottonii  dan (b) Gracilaria sp

 

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengelolaan dan pengembangan budidaya rumput laut yang berkelanjutan, terutama di daerah penyangga IKN.Institut Teknologi Kalimantan (ITK) siap terlibat dalam memaksimalkan potensi rumput laut di kawasan penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) melalui kegiatan riset. ITK berkomitmen mendukung pengolahan rumput laut menjadi produk pangan bernilai tambah dengan pendekatan ilmiah yang melibatkan penelitian, pengembangan teknologi, dan pemberdayaan masyarakat setempat.

 


Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah memberikan data potensi dan sebaran budidaya rumput laut di kawasan penyangga IKN untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat pesisir, meningkatkan produksi secara berkelanjutan, serta mendukung pelestarian lingkungan melalui optimalisasi budidaya rumput laut.

AGENDA

12

Mar

Workshop Pembuatan Video Aftermovie KKN ITK
09.00 WITA s/d 12.00 WITA
Zoom Meeting : https://s.itk.ac.id/video_aftermovie

16

Feb

Scholarship Info Session : AUSTRALIA AWARDS
10.00 - 12.00 WITA
Zoom Cloud Meeting (https://s.itk.ac.id/zoom_aas)

11

Feb

Diseminasi Inovasi Edisi #1
13.30 WITA - Selesai
Via zoom meeting dan Youtube Institut Teknologi Kalimantan
Lihat Selengkapnya