Salah satu bencana alam yang dapat menimbulkan banyak kerugian hingga korban jiwa adalah tsunami. Tsunami merupakan serangkaian gelombang panjang yang disebabkan oleh perpindahan air dalam volume yang besar secara cepat . Karakteristik gelombang tsunami sangat berbeda dengan ombak laut .Gelombang tsunami dapat menempuh wilayah yang jaraknya puluhan kilometer dari sumber terjadinya tsunami, sehingga periode yang dimiliki gelombang tsunami cukup bervariasi. Periode gelombang tsunami mulai dari 2 menit hingga lebih dari 1 jam, sedangkan periode ombak laut hanya sekitar 10 detik. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan tsunami, seperti gempa bumi tektonik, letusan gunung berapi, longsor bawah laut, atau jatuhnya benda langit di laut. Hampir 90% tsunami yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh gempa bumi tektonik yang berada di wilayah lautan seperti pada kejadian di Palu pada tanggal 28 September 2018 silam, tsunami yang terjadi disebabkan oleh gempa bumi dengan kekuatan 7,4 Skala Ritcher (SR). Tsunami yang terjadi akibat gempa bumi di bawah laut dikarenakan adanya pergerakan lempeng tektonik. Akibat timbulnya pergerakan tersebut, permukaan dasar laut menjadi naik dan mendorong volume air ke atas menghasilkan gelombang dari bawah laut yang bergerak dengan kecepatan tinggi yang mengakibatkan munculnya gelombang raksasa bergerak menuju pantai. Beberapa wilayah di Indonesia sangat rentan terhadap bencana tsunami, salah satunya di Kalimantan Timur. Berdasarkan sejarah kebencanaan yang pernah terjadi di Indonesia, Kalimantan Timur memiliki sejarah terjadinya bencana tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi. Kejadian bencana tersebut melanda Kecamatan Sangkulirang pada 14 Mei 1921 yang disebabkan karena adanya sesar aktif yaitu Sesar Sangkulirang dan Sesar Mangkalihat di Kabupaten Kutai Timur. Hal ini didukung dengan hasil kajian Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang pemodelan tsunami dengan skenario gempa sebesar 8,5 SR di zona megathrust Sulawesi Utara. Kajian tersebut menyatakan bahwa Pantai Kalimantan Timur dapat berpotensi terjadi tsunami yang berstatus awas dengan tinggi lebih dari 3 meter. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan kajian tentang bencana tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi dan menghasilkan peta rawan bencana untuk masyarakat. Penelitian tentang pemodelan tsunami ini di lakukan oleh Meidi Arisalwadi, S.Si, M.Si dan Febrian Dedi Sastrawan, S.Si,.M.Sc. Pada tahap pemodelan potensi tsunami akibat gempa bumi digunakan epicenter gempa yang berada di 0,631° LS dan 118,238° BT seperti pada Gambar 1.
Lokasi kejadian gempa
Analisis potensi tsunami di Wilayah Kalimantan Timur tepat nya Daerah Kaliorang karena daerah dari sejarah tsunami pernah terdampak di masa lalu. Simulasi pemodelan Cornell Multigrid Coupled Tsunami Model (COMCOT) v1.7. COMCOT merupakan program open-source yang mensimulasikan penjalaran tsunami dari sumber pembangkitan tsunami sampai ke area pantai. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data sekunder, diantaranya data batimetri, data topografi dan data parameter gempa. Pada data batimetri dan data topografi diperoleh dari GEBCO (General Bathymetric Chart of the Oceans) tahun 2020, data DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional) dan data BATNAS (Batimetri Nasional) tahun 2021 yang diunduh dari BIG (Badan Informasi Geospasial). Pada data parameter gempa yang diperlukan berupa kejadian gempa bumi pada masa lalu di sekitar daerah penelitian yang diperoleh dari data USGS. Pada pemodelan potensi tsunami akibat gempa bumi digunakan tiga variasi magnitude yang bias ditentukan. Hasil yang akan diperoleh gambaran sebaran gelombang tsunami.
Memberikan informasi mengenai bencana Tsunami