Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kota Balikpapan, PDAM memiliki target cakupan pelayanan sebesar 80%. Namun pada tahun 2022, PDAM hanya mencakup pelayanan sebesar 65,53%, sementara untuk masyarakat yang menggunakan sumur bor/pompa untuk keperluan sanitasi sebesar 20,26% (Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan, 2022). Hal itu membuat tidak semua warga mendapatkan pelayanan air bersih dari PDAM, sehingga menggunakan sumur sebagai sumber alternatifnya.
Kelurahan Graha Indah di Kota Balikpapan merupakan salah satu Kelurahan yang menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kualitas air sumur memiliki permasalahan diantaranya seperti parameter kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS) dan kadar logam besi (Fe) yang tinggi. Berdasarkan penelitian terdahulu, air sumur memiliki kadar TDS sebesar 3000 mg/L, nilai kekeruhan sebesar 48 NTU, dan nilai logam Fe sebesar 7,53 mg/L (Gozali et al., 2021). Air sumur perlu dilakukan pengolahan untuk menyisihkan parameter Kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS), dan logam besi (Fe).
Salah satu metode pengolahan yang dapat dilakukan pada air sumur tersebut adalah koagulasi. Koagulasi merupakan salah satu metode pengolahan untuk menurunkan padatan terlarut dan partikel koloid pada air. Pada proses koagulasi ditambahkan koagulan yang membantu dalam proses penggumpalan. Koagulan terdiri dari 2 jenis, yaitu koagulan kimia dan alami. Koagulan yang umum dipakai untuk menjernihkan air adalah koagulan kimia seperti tawas yang memiliki efisiensi penyisihan kekeruhan sebesar 93,44% (Ramadhani et al., 2013). Koagulan kimia memiliki kekurangan yakni dapat menimbulkan dampak negatif seperti Alzheimer (Prihatinningtyas, 2013) karena akan terakumulasi dalam tubuh (Hendrawati et al., 2015). Koagulan yang berasal dari bahan alami sangat diperlukan, karna dapat bersifat biodegradable sehingga lebih aman bagi manusia. Salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai koagulan adalah Aloe Vera atau Lidah Buaya. Lidah buaya mengandung asam poligalakturonat dan Zn yang berperan sebagai zat koagulan, serta gugus karboksil (-COOH) yang bertindak sebagai tempat adsorpsi untuk padatan tersuspensi dan koloid. Selain itu, gugus amida (- NH) dalam lidah buaya membentuk ikatan antarmolekul antara padatan tersuspensi dan koagulan, sehingga meningkatkan efisiensi proses koagulasi (Benalia et al., 2021; Debora Peruço Theodoro et al., 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi penyisihan kekeruhan, logam Fe dan TDS menggunakan ekstrak lidah buaya dengan larutan HCl dan H2O. Dosis koagulan yang digunakan adalah 0,5 ml, 1,0 ml dan 1,5 ml, pengadukan cepat 120 rpm selama 1 menit sedangkan pengadukan lambat dilakukan dengan kecepatan 30 rpm selama 10, 20 dan 30 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ekstraksi lidah buaya dengan larutan HCl, diperoleh dosis optimal dan waktu pengadukan lambat sebesar 0,5 ml dan 10 menit untuk kekeruhan, 0,5 ml dan 20 menit untuk TDS dan 1 ml dan 10 menit untuk logam Fe dengan efisiensi masing-masing sekitar 96,99%, 8,05% dan 70,85%. Dalam larutan H2O, diperoleh dosis dan waktu pengadukan lambat yang optimal adalah 0,5 ml dan 10 menit untuk kekeruhan dan TDS dengan masing – masing efisiensinya sebesar 91,76% dan 3,09%. Untuk logam Fe, dosis dan waktu optimal adalah 1,5 mL dan 20 menit dengan efisiensi penyisihan sebesar 6,39%.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dampak terhadap pengelolaan lingkungan yang berdasarkan teknologi (smart environment) sebagai upaya perlindungan berkelanjutan sumber daya air khususnya pada perbaikan kualitas air sehingga dapat mendukung kehidupan perkotaan.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dampak terhadap pengelolaan lingkungan yang berdasarkan teknologi (smart environment) sebagai upaya perlindungan berkelanjutan sumber daya air khususnya pada perbaikan kualitas air sehingga dapat mendukung kehidupan.