Stunting, masalah malnutrisi yang masih banyak dialami oleh balita di Indonesia, kini mendapat perhatian khusus dari para peneliti di Institut Teknologi Kalimantan. Tim peneliti berhasil mengembangkan pendekatan baru untuk mengoptimalkan keranjang makanan yang dapat membantu pencegahan stunting. Penelitian ini mengusulkan metode untuk merancang keranjang makanan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan nutrisi balita tetapi juga efisien dari segi biaya.
Dengan menggunakan kombinasi goal programming dan AHP-TOPSIS, penelitian ini menghasilkan 10 alternatif keranjang makanan yang dirancang khusus untuk anak usia 6 hingga 24 bulan di Kota Balikpapan. Keranjang makanan termurah yang dihasilkan oleh metode ini memiliki biaya sebesar Rp144.175 per minggu, yang mampu menyediakan energi sebesar 1.451,57 kilokalori–cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi harian balita.
Inovasi untuk Nutrisi Balita
Stunting, yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, telah lama menjadi masalah kesehatan di Indonesia, termasuk di Kota Balikpapan yang tercatat memiliki prevalensi stunting sebesar 66,8% pada tahun 2023. Oleh karena itu, upaya untuk merancang program intervensi gizi menjadi sangat penting. Tim peneliti menggunakan pendekatan matematis untuk mengoptimalkan distribusi gizi dalam keranjang makanan bagi keluarga berpenghasilan rendah. Penelitian ini mempertimbangkan 49 komoditas lokal yang mudah diakses di pasar-pasar Balikpapan.
Tim peneliti menjelaskan, “Penelitian kami menunjukkan bahwa komposisi makanan yang tepat dapat membantu memastikan anak-anak memperoleh nutrisi penting yang diperlukan untuk tumbuh kembang mereka, sambil tetap mempertimbangkan keterbatasan biaya."
Metode dan Hasil
Peneliti menggabungkan dua metode: goal programming, yang digunakan untuk menemukan alternatif keranjang makanan dengan biaya minimal namun tetap memenuhi kebutuhan nutrisi, dan AHP-TOPSIS, yang dipakai untuk menentukan keranjang makanan terbaik berdasarkan preferensi ibu balita. Empat kriteria yang menjadi fokus dalam metode AHP-TOPSIS adalah kemudahan dalam mengolah makanan, variasi masakan, familiaritas terhadap bahan makanan, serta selera anak-anak. Dari 10 alternatif keranjang makanan, keranjang pertama dipilih sebagai yang terbaik oleh responden, dengan biaya yang paling murah namun tetap memenuhi kebutuhan energi harian.
Rekomendasi untuk Kebijakan Publik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pemerintah, terutama dalam merancang program intervensi gizi spesifik di daerah-daerah dengan angka stunting tinggi seperti Balikpapan. Penelitian ini juga menawarkan fleksibilitas yang dapat diterapkan pada situasi darurat atau bencana, di mana optimalisasi gizi dan efisiensi biaya menjadi sangat penting.
Selain itu, penelitian ini menunjukkan bagaimana preferensi ibu balita dapat membantu memilih makanan yang tidak hanya sehat tetapi juga disukai oleh anak-anak. Dengan demikian, solusi inovatif ini menawarkan pendekatan praktis yang dapat membantu mengurangi angka stunting di Indonesia dan membangun masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.
-