Memahami Pola Risiko Bencana di Indonesia dengan Pendekatan Data Modern

  • Fokus Riset: Pendukung

  • Ketua Peneliti: Riki Herliansyah
  • Tahun Penelitian: 2025

Deskripsi

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, namun posisi geografisnya yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik membuat negeri ini sangat rentan terhadap berbagai bencana alam. Mulai dari gempa bumi, tsunami, hingga bencana hidrometeorologi, seluruh wilayah Indonesia memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda. Untuk memahami risiko tersebut secara lebih mendalam, penelitian ini menggunakan pendekatan statistik modern bernama Generalized Linear Latent Variable Models (GLLVM).

 

Pendekatan ini membantu melihat hubungan antara 12 indikator Hazard, Exposure, and Vulnerability Assessment (HEVA) yang diukur pada 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2023. Tidak seperti metode biasa yang menganggap tiap indikator berdiri sendiri, GLLVM mampu menangkap keterkaitan yang tersembunyi antarindikator. Hasilnya, pola risiko bencana dapat terlihat lebih jelas dan lebih realistis.

Pola Risiko Bencana di Indonesia

 

Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap wilayah memiliki karakteristik risiko yang berbeda:

1. Kawasan Timur Indonesia

Provinsi seperti Papua dan Maluku memiliki tingkat kerentanan fisik dan paparan yang tinggi. Meski tingkat ancamannya tidak setinggi wilayah lain, kondisi infrastruktur dan aksesibilitas membuat wilayah ini lebih rentan ketika bencana terjadi.

2. Pulau Jawa

Jawa memiliki ancaman bencana yang cukup tinggi, terutama gempa dan banjir. Namun, tingkat kerentanannya lebih rendah karena kualitas infrastruktur, tata kelola, dan kapasitas respons yang lebih baik.

3. Adaptasi di Wilayah Rawan

Menariknya, penelitian menemukan bahwa beberapa wilayah dengan tingkat bencana tinggi justru memiliki kerentanan yang lebih rendah. Hal ini menandakan adanya kemampuan adaptasi yang berkembang dari pengalaman menghadapi bencana berulang.

 

Temuan Penting Lainnya

Penelitian ini juga menggabungkan beberapa faktor geografis, seperti jumlah penduduk, jumlah pulau, dan luas wilayah provinsi. Hasilnya menunjukkan bahwa:

- Populasi besar cenderung menurunkan kerentanan fisik dan lingkungan, namun meningkatkan paparan terhadap ancaman hidrometeorologi dan geofisika.

- Provinsi dengan banyak pulau memiliki kerentanan yang lebih tinggi, terutama dalam akses komunikasi dan infrastruktur darat-laut.

- Provinsi yang luas cenderung memiliki kerentanan tinggi namun paparan ekonomi lebih rendah, karena aktivitas ekonomi lebih terpusat di kota-kota tertentu.

 

Implikasi untuk Kebijakan

Temuan ini menunjukkan bahwa strategi mitigasi tidak bisa disamaratakan. Beberapa rekomendasi penting bagi pemerintah daerah dan nasional antara lain:

- Provinsi kepulauan membutuhkan investasi khusus dalam komunikasi darurat dan logistik maritim.

- Provinsi luas perlu memperkuat pusat-pusat respons bencana yang tersebar, bukan terpusat.

- Wilayah rawan bencana berulang perlu terus memperkuat upaya adaptasi yang sudah terbentuk secara alami.

 

Dengan pendekatan berbasis data seperti GLLVM, perumusan kebijakan bencana dapat dilakukan secara lebih tepat sasaran dan sesuai karakteristik wilayah. Penelitian ini menjadi salah satu langkah maju dalam mendukung pengurangan risiko bencana dan membangun ketahanan masyarakat Indonesia di masa depan.

 

Anggota :

Irma Fitria
Nurul Maqfirah Rauf
Adha Karamina Achmad


Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan menyediakan analisis komprehensif yang dapat menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan dalam upaya pengurangan risiko bencana.

AGENDA

12

Mar

Workshop Pembuatan Video Aftermovie KKN ITK
09.00 WITA s/d 12.00 WITA
Zoom Meeting : https://s.itk.ac.id/video_aftermovie

16

Feb

Scholarship Info Session : AUSTRALIA AWARDS
10.00 - 12.00 WITA
Zoom Cloud Meeting (https://s.itk.ac.id/zoom_aas)

11

Feb

Diseminasi Inovasi Edisi #1
13.30 WITA - Selesai
Via zoom meeting dan Youtube Institut Teknologi Kalimantan
Lihat Selengkapnya