Karakteristik Pengkabutan Minyak Sawit Murni Sebagai Bahan Bakar Alternatif Mesin Diesel Kapal Nelayan

  • Fokus Riset: Kemaritiman

  • Ketua Peneliti: Samsu Dlukha Nurcholik | Anggota : Suardi dan Bima Prihasto
  • Tahun Penelitian: 2024

Deskripsi

Polusi udara telah berada pada kondisi yang semakin memburuk, khususnya dari bidang maritim yang menyumbang 2.3% CO2, 15% NOX dan 13% SOX dari emisi dunia. Oleh karena itu, pada tahun 2018 International Maritime Organization (IMO) merumuskan peraturan untuk mengurangi efek rumah kaca yang bertujuan untuk mengurangi efek rumah kaca sebesar minimal 50% pada tahun 2050. Penggunaan mesin diesel dapat dioptimalkan dengan meningkatkan proses pembakaran di mesin diesel dengan mengguanakan bahan bakar nabati khususnya minyak sawit murni.

 

Pemerintah Indonesia pada saat ini menaruh perhatian yang besar dalam pemanfaat minyak sawit sebagai energi berkelanjutan, sehingga beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia memiliki beberapa kebijakan dalam mengambangkan dan memproduksi biodiesel. Pengembangan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak diesel memiliki banyak sekali keuntungan, akan tetapi dalam pengembangannya memiliki beberapa hambatan, salah satunya adalah proses pembuatannya yang tergolong rumit dan panjang. Pada umumnya proses pembuatan biodiesel melalui proses transesterifikasi yaitu reaksi minyak atau lemak untuk membentuk ester dan gliserol, proses ini membutuhkan peralatan dan biaya yang tidak murah, disisi lain pengunaan minyak  sawit mentah (Crude Palm Oil) secara langsung pada motor diesel tidak dianjurkan karena menimbulkan beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan pada motor diesel, diantaranya adalah konsumsi bahan bakar meningkat, daya motor diesel yang turun, dan terjadinya karbon deposit pada ruang bakar. Minyak sawit mentah juga memiliki sifat kekentalan (viskositas) yang tinggi yaitu sepuluh kali dari viskositas minyak diesel, sedangkan proses atomisasi dipengaruhi oleh properti bahan bakar dan geometri nozel injektor.

 

Dari hasil penelitian, morfologi semprotan minyak kelapa sawit murni dan bahan bakar solar memiliki karakteristik yang berbeda. Pada awalnya (1 ms), baik minyak kelapa sawit murni maupun bahan bakar solar memiliki bentuk yang mirip. Bentuk semprotan ini terjadi karena adanya gas yang terperangkap di dalam lubang nosel. Gelembung udara yang ditinggalkan oleh peristiwa injeksi sebelumnya di dalam cairan nosel memainkan peran penting dalam perubahan topologi penetrasi jet selanjutnya. Namun, pada pertengahan injeksi yang stabil, semprotan berubah menjadi semprotan halus (55 ms) untuk bahan bakar diesel. Karena viskositas yang tinggi, semprotan minyak sawit murni berubah menjadi semprotan berpori dengan atomisasi yang buruk. Semprotan minyak sawit murni yang stabil terjadi pada 65 ms, dimana bentuk semprotan tidak simetris, dengan aliran yang lebih tebal pada satu sisi semprotan. Hal ini berbeda dengan bahan bakar diesel yang memiliki bentuk semprotan yang normal. Pada akhir injeksi (124 ms), minyak sawit murni memiliki droplet yang besar tanpa semprotan halus, berbeda dengan bahan bakar diesel yang masih menunjukkan semprotan halus. Dengan penelitian ini, penggunaan minyak sawit murni sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel butuh perlakuan khusus untuk menurunkan viskositas, agar pengkabutan bisa didapatkan dengan optimal


Manfaat

Mengetahui karakteristik pengkabutan minyak sawit murni pada mesin diesel

AGENDA

12

Mar

Workshop Pembuatan Video Aftermovie KKN ITK
09.00 WITA s/d 12.00 WITA
Zoom Meeting : https://s.itk.ac.id/video_aftermovie

16

Feb

Scholarship Info Session : AUSTRALIA AWARDS
10.00 - 12.00 WITA
Zoom Cloud Meeting (https://s.itk.ac.id/zoom_aas)

11

Feb

Diseminasi Inovasi Edisi #1
13.30 WITA - Selesai
Via zoom meeting dan Youtube Institut Teknologi Kalimantan
Lihat Selengkapnya