Kajian Optimasi dan Peningkatan Efisiensi Penggunaan Koagulan Pada Proses Pengolahan Limbah Air Asam Tambang di Wilayah Kutai Timur

  • Fokus Riset: Smart City

  • Ketua Peneliti: Rizka Lestari, S.T., M.Eng | Anggota : Nita Ariestiana Putri, S.T., M.Eng dan Eka Masrifatus Anifah, S.T., M.T
  • Tahun Penelitian: 2023

Deskripsi

Kegiatan tambang batu bara selalu dihadapkan dengan permasalahan pengolahan air asam tambang (AAT). AAT terjadi ketika mineral sulfida dalam batuan terpapar udara dan air kemudian mengubah sulfida menjadi asam sulfat. Air tambang dapat bersifat asam atau netral tergantung pada kandungan pirit dalam batu bara dan pengotor organik didalamnya. Air tambang yang bersifat asam pada umumnya memiliki kandungan sulfur 1-5% dalam bentuk pirit (FeS2). Kondisi ini akan berpengaruh pada kualitas air di sekitar area dalam hal penurunan pH sumber air, meningkatkan total padatan tersuspensi dan beberapa logam berat yang terlarut. Sementara pada tambang non asam, kualitas air menunjukkan tingkat kesadahan, total suspended solid dan kontaminan bakteri yang tinggi (Tiwary, 2001). Terdapat empat (4) parameter yang diukur dalam menentukan baku mutu air limbah dari kegiatan tambang berdasarkan keputusan KLHK nomor 113 tahun 2003, yaitu nilai pH air, kadar Fe, Mn dan jumlah padatan terlarut (TSS).

 

Gambar 1. Ilustrasi air asam dengan kontaminan terkait

 

Terdapat dua jenis air asam tambang yang digunakan untuk kajian optimasi koagulan yang digunakan. Air asam tambang yang pertama didapatkan oleh peneliti dari kolam air asam tambang di daerah Dondang, Kalimantan timur. Yang kedua, adalah air asam tambang dari settling pond milik PT. Bayan. Jika dilihat secara fisik pada gambar 1.1, dua jenis air asam tambang yang digunakan mempunyai dua karakteristik yang berbeda. AAT dari lokasi pertama mempunyai tingkat kekeruhan yang rendah namun nilai pH yang sangat asam yaitu kisaran 1 hingga 2. Sementara hal tersebut berbanding terbalik dengan AAT dari lokasi kedua yaitu memiliki tingkat kekeruhan yang sangat tinggi namun nilai pH yang stabil hampir menuju netral kisaran 5 hingga 6,5. 

Tabel. Karakteristik limbah air asam tambang

Air asam tambang dari wilayajh Dondang, Kalimantan Timur

Parameter

Baku mutu

Nilai

Instrumen uji

Penampilan fisik

Bening

Bening kekuningan

-

pH

6 - 9

2

pH meter

Turbidity

 

 

Water quality tester

TDS

-

1180 ppm

Water quality tester

Air asam tambang dari PT. Bayan, Kutai kartanegara, Kalimantan Timur

Parameter

Baku mutu

Nilai

Instrumen uji

Penampilan fisik

Bening

Sangat keruh hampir menyerupai koloid

-

pH

6 - 9

6

pH meter

Turbidity

 

 

Water quality tester

TDS

-

182 ppm

Water quality tester

 

Jika dilihat berdasarkan indikator warna AAT yang telah melewati proses koagulasi dan flokulasi, didapatkan penampilan fisik paling baik berwarna bening yaitu menggunakan koagulan Al2(SO4)3 dengan dosis 150 ppm. Namun pada koagulan jenis ini tidak menghasilkan kenaikan yang signifikan dalam kenaikan nilai pH. Sementara untuk kenaikan nilai pH yang cukup signifikan didapatkan dari koagulan Ca (OH)2 dengan nilai pH 7 – 8. Dari beberapa kondisi yang telah dilakukan, dilakukan presipitasi bertingkat untuk menaikkan nilai pH dan menurunkan nilai turbidity (TSS) dari AAT.

 

Gambar 1 Indikator warna AAT dengan metode presipitasi bertingkat.

(a) CaCO3 dan PAC; (b) Ca (OH)2 dan Al2(SO4)3

 


Manfaat

Optimalisasi koagulan dalam pengolahan limbah air asam tambang

AGENDA

12

Mar

Workshop Pembuatan Video Aftermovie KKN ITK
09.00 WITA s/d 12.00 WITA
Zoom Meeting : https://s.itk.ac.id/video_aftermovie

16

Feb

Scholarship Info Session : AUSTRALIA AWARDS
10.00 - 12.00 WITA
Zoom Cloud Meeting (https://s.itk.ac.id/zoom_aas)

11

Feb

Diseminasi Inovasi Edisi #1
13.30 WITA - Selesai
Via zoom meeting dan Youtube Institut Teknologi Kalimantan
Lihat Selengkapnya