Kalsium oksida (CaO) merupakan katalis heterogen yang banyak digunakan dalam produksi biodiesel karena memiliki aktivitas basa kuat, stabilitas termal tinggi, serta dapat digunakan kembali. Dalam penelitian ini, CaO diperoleh melalui proses kalsinasi tulang sapi, yang secara alami kaya akan kalsium karbonat (CaCO₃). Ketika tulang dikalsinasi pada suhu tinggi, senyawa tersebut terurai dan menghasilkan CaO murni yang sangat reaktif. Kandungan CaO yang tinggi inilah yang menjadikan tulang sapi sebagai sumber katalis alternatif yang murah, melimpah, dan ramah lingkungan.
Pemilihan tulang sapi sebagai sumber katalis didasarkan pada ketersediaannya yang berlimpah sebagai limbah rumah potong hewan. Selain itu, penggunaan tulang sapi memberikan nilai tambah melalui konsep circular economy dan zero-waste, di mana limbah organik diubah menjadi material bernilai tinggi untuk mendukung produksi energi terbarukan. Tulang sapi juga mengandung mineral yang stabil dan mampu mempertahankan struktur pori setelah kalsinasi, sehingga aktivitas katalitik CaO yang dihasilkan menjadi lebih optimal pada reaksi transesterifikasi

Minyak jelantah digunakan sebagai bahan baku biodiesel karena sifatnya yang murah, tersedia luas, dan berpotensi mengurangi pencemaran lingkungan. Proses transesterifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak jelantah dan metanol menggunakan katalis CaO, sehingga trigliserida dipecah menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol. Variabel penelitian meliputi suhu kalsinasi katalis (800°C dan 1000°C), massa katalis (4% dan 6%), rasio molar minyak–metanol (12:1 dan 5:1), serta waktu kalsinasi katalis. Variasi ini bertujuan untuk menentukan kondisi paling efektif dalam menghasilkan biodiesel dengan yield tinggi dan sifat fisik yang sesuai standar.
Berdasarkan seluruh kondisi percobaan, hasil terbaik diperoleh pada katalis 6%, suhu kalsinasi 1000°C, rasio molar 5:1, dengan waktu kalsinasi 3 jam, menghasilkan yield tertinggi sebesar 72%. Kondisi ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu kalsinasi dapat meningkatkan pembentukan CaO aktif sehingga reaksi berlangsung lebih efisien. Selain itu, rasio molar yang lebih rendah (5:1) memberikan kesetimbangan yang baik antara kontak reaktan dan aktivitas katalis. Biodiesel yang dihasilkan pada kondisi optimum ini memiliki karakteristik fisik yang baik, dengan densitas, viskositas, dan acid value yang mendekati standar SNI. Temuan ini membuktikan bahwa CaO dari tulang sapi merupakan katalis yang sangat potensial dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas biodiesel berbasis minyak jelantah.
Anggota :
Nita Ariestiana Putri (JRI / Teknik Kimia)
Hendrik Vicarlo S. Manihuruk (JTI / Teknik Logistik )
1. Acuan dalam pemanfaatan limbah tulang sebagai katalis murah dan ramah lingkungan untuk produksi biodiesel yang lebih optimal.
2. Meningkatkan nilai guna minyak jelantah dengan mengonversinya menjadi biodiesel, sehingga mengurangi limbah dan mendukung energi terbarukan.
3. Menemukan kondisi optimum proses transesterifikasi untuk memperoleh yield biodiesel terbaik, yang dapat menjadi acuan bagi penelitian lanjutan maupun skala industri.