Proses perencanaan berawal dari identifikasi masalah yang jelas: ketiadaan kantin yang layak di ITK. Wawancara dengan tim perencana internal ITK mengungkapkan bahwa beberapa lokasi alternatif telah dipertimbangkan. Salah satunya adalah area di depan gedung laboratorium, namun opsi ini dikesampingkan karena adanya risiko kontaminasi makanan dari limbah laboratorium di dekatnya. Akhirnya, pilihan jatuh pada lokasi yang paling menantang sekaligus paling potensial yaitu di atas embung kampus.
Gambar 1. Lokasi Bangunan Kantin ITK
Keputusan ini didasari oleh beberapa pertimbangan strategis. Lokasi di atas embung berada di tengah-tengah gugus gedung perkuliahan, membuatnya mudah diakses oleh seluruh civitas akademika. Selain itu, lokasi ini menawarkan pemandangan air yang menenangkan, menciptakan suasana yang unik dan menarik. Visi yang lahir adalah membangun sebuah fasilitas dua lantai yang tidak hanya berfungsi sebagai kantin, tetapi juga sebagai ruang serbaguna dengan pemandangan optimal ke arah embung. Namun, visi yang berani ini secara langsung menghadapkan tim perencana pada serangkaian tantangan rekayasa sipil yang fundamental.
Penelitian ini didukung oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Kalimantan, melalui hibah internal ITK dengan skema penelitian Dosen Pemula yang diketuai oleh Dr. Ir. Hijriah, S. T., M. T. dengan anggota peneliti yaitu Fachreza Akbar S.T., M.T dan Andi Sahputra Depari, S.T., M.Arch. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan merencanakan struktur pada bangunan kantin di ITK sehingga perencanaan ini diharapkan dapat sebagai parameter dalam membangun kantin ITK di atas embung kampus.
Gambar 2. Permodelan 3D Kantin ITK
Pilar pertama adalah desain struktur atas bangunan, yang berfungsi sebagai kerangka utama penopang seluruh beban. Hasil analisis menghasilkan dimensi elemen struktur yang optimal untuk kekuatan dan kekakuan. Balok-balok utama (B1) dirancang dengan dimensi 500 x 300 mm, sementara balok anak (B2) berdimensi 400 x 200 mm. Kolom-kolom utama (K1) yang menjadi tulang punggung vertikal bangunan dirancang dengan penampang lingkaran berdiameter 600 mm. Lantai bangunan menggunakan pelat beton setebal 120 mm. Untuk bagian atap, digunakan struktur rangka baja dengan profil IWF untuk rafter dan H-Beam untuk kolom, sebuah pilihan material yang lebih ringan untuk mengurangi beban total yang harus ditopang oleh fondasi.
Pilar kedua adalah solusi untuk tantangan geoteknik yang paling kritis: tanah dasar yang lunak. Untuk memastikan stabilitas jangka panjang, dipilih sistem fondasi dalam berupa tiang bor (bore pile). Dalam perencanaan ini, setiap kelompok kolom akan ditopang oleh satu tiang bor berdiameter masif 1 meter (D1000) yang ditanam hingga kedalaman 10 meter. Kedalaman ini dipilih untuk memastikan ujung tiang mencapai lapisan tanah yang memiliki daya dukung memadai, berdasarkan analisis data uji sondir di lokasi. Perhitungan kapasitas dukung menunjukkan bahwa satu tiang mampu menahan beban hingga 4.316 kN, jauh di atas beban aksial maksimum yang diterima dari struktur atas (1.422,9 kN), memberikan faktor keamanan yang sangat tinggi. Selain itu, analisis defleksi lateral menunjukkan bahwa pergeseran horizontal tiang akibat tekanan air hanya sekitar 10 mm, angka yang sangat kecil dan berada dalam batas aman yang diizinkan standar. Desain fondasi ini secara efektif menetralkan risiko penurunan dan ketidakstabilan, memastikan bangunan akan berdiri kokoh selama masa layannya.
Gambar 3 Perencanaan Denah Pilecap dan Borepile Kantin ITK
Skala 1 : 200
Gambar 4 Perencanaan Denah Pelat Kantin ITK
Skala 1 : 200
Gambar 5 Perencanaan Denah Balok dan Kolom Kantin ITK
Skala 1 : 200
Pilar ketiga menunjukkan bahwa inovasi dalam proyek ini tidak terbatas pada aspek struktural. Sistem perpipaan (plumbing) dirancang dengan visi keberlanjutan, mengadopsi konsep Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang ramah lingkungan. okus utamanya adalah konservasi air melalui pemanfaatan kembali greywater air limbah domestik yang tidak mengandung feses, seperti air bekas cucian piring dan wastafel. Air bekas dari area dapur tidak akan langsung dibuang ke saluran drainase. Sebaliknya, air ini akan dialirkan ke sebuah sistem biofilter yang dirancang khusus. Biofilter ini terdiri dari tiga lapisan media penyaring alami yang bekerja secara sinergis untuk memurnikan air. Setelah melalui proses penyaringan ini, air olahan yang sudah jauh lebih bersih akan ditampung dan digunakan kembali untuk kebutuhan non-konsumsi, terutama untuk penyiraman toilet (flushing).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi pembangunan fasilitas kantin di ITK terutama pada bagian struktur atas, struktur bawah, serta plumbing. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan tidak hanya memberikan solusi praktis untuk kebutuhan fasilitas kantin di Institut Teknologi Kalimantan, tetapi juga menjadi acuan bagi pengembangan infrastruktur yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di lingkungan perguruan tinggi.
Tim Penelitian:
1. Dr. Ir. Hijriah, S. T., M. T. (Teknik Sipil/JTSP/ITK)
2. Fachreza Akbar S.T., M.T (Teknik Sipil/JTSP/ITK)
3. Andi Sahputra Depari, S.T., M.Arch. (Arsitektur/JTSP/ITK)
1. Desain arsitektur yang terbuka dan pemandangan embung yang indah diharapkan dapat menjadikan kantin ini sebagai pusat kegiatan sosial, tempat mahasiswa, dosen, dan staf dari berbagai jurusan dapat bertemu, berdiskusi, dan berkolaborasi dalam suasana yang santai.
2. Fasilitas ini diharapkan menjadi ikon baru yang membanggakan, meningkatkan citra dan reputasi ITK di tingkat lokal maupun nasional.
3. Proyek ini memberikan kontribusi berharga bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang rekayasa struktur untuk bangunan di atas air.