Batubara merupakan batuan sedimen asal organik yang mudah terbakar (padat), berwarna kecoklat sampai hitam, yang setelah pengendapan lalu mengalami proses fisik dan kimia yang membuatnya kaya akan karbon. Ada empat klasifikasi batubara di Indonesia: batubara tipe terendah (lignit), batubara tipe sedang (sub-bituminous), batubara tipe tinggi (bituminous) dan batubara tipe sangat tinggi (antrasit). Klasifikasi tipe batubara terbagi menjadi kualitas rendah (lignit dan sub-bitumen) dan kualitas tinggi (aspal dan antrasit). Batubara dengan kalori rendah salah satunya yaitu lignit belum banyak dimanfaatkan di Indonesia. Oleh karena itu tim peneliti yang di ketuai ibu Muthia Putri Darsini Lubis bersama ibu Nia Sasria mikirkan bagaimana cara nya agar batubara tipe lignit tersebut dapat dimanfaatkan lebih baik lagi.
Inovasi dan teknologi diperlukan untuk mengolah batubara guna meningkatkan nilai dan manfaat ekonominya. Salah satu teknologi yang digunakan adalah pencairan batubara dengan cara pirolisis. Melebur batubara tipe lignit menggunakan variasi waktu pengambilan sampel menjadi 2 jam (pada suhu 200°C, 400°C, 600°C), 4 jam pada suhu (200 °C, 400 °C, 600 °C) dan 6 jam pada suhu (200°C, 400°C dan 600°C). Identifikasi kandungan senyawa di dalam batubara cair menggunakan pengujian Proximity Test, Ultimate Test dan uji GCMS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry).
Gambar. Proses Pirolisis Batubara Tipe Lignit
Senyawa yang tertinggi disetiap hasil GCMS pada kesembilan sampel uji yaitu senyawa pentadecanoic acid dengan prentase 19,23%, kemudian disusul dengan senyawa-senyawa lainya seperti palmitic acid(17,65%), tetradecane(16,71%), pentadecane(14,93%), hexadecane(12,74%) dan lainnya.
Pencairan batubara menunjukkan hasil senyawa yang berbeda pada variasi waktu dan temperatur pencairan senyawa yang didapatkan senyawa yang tertinggi disetiap hasil GCMS pada kesembilan sampel uji yaitu senyawa pentadecanoic acid dengan prentase 19,23%, kemudian disusul dengan senyawa-senyawa lainya seperti palmitic acid(17,65%), tetradecane(16,71%), pentadecane(14,93%), hexadecane(12,74%) dan lainnya. Senyawa senyawa seperti palmitic acid, pentadecanoic acid, pentadecylic acid, hexadecenoic acid termasuk dalam kelompok asam lemak jenuh. Senyawa seperti tetradecane, octadecane, pentadecane, eicosane, heptadecane, dan hexadecane termasuk golongan senyawa hidrokarbon alifatik dan termasuk kelompok alkana. Sedangkan pada senyawa dodecanol termasuk pada golongan alcohol alifatik dan termasuk kelompok alcohol. Octadecenoic acid termasuk pada asam lemak tak jenuh, dan 9-eicosane termasuk senyawa hidrokarbon alifatik tak jenuh dan juga termasuk dalam kelompok alkena.
Dengan masing-masing senyawa yang tertinggi disetiap hasil GCMS pada ketiga sampel uji yaitu senyawa octadecane dengan presentase lebih dari 50 %, kemudian disusul oleh senyawa-senyawa lainnya seperti pentadecane, naphtalene, benzene, dan lainnya. Senyawa-senyawa tersebut termasuk dalam senyawa hidrokarbon siklik dimana biasanya terdapat pada bahan bakar minyak bumi. Kedepannya akan dilakukan uji terkait kualitas bahan bakar yang di hasilkan dari proses pirolisis batubara tipe lignit.
Memberikan informasi pemanfaatan batubara