Balikpapan, 2025 – Di tengah transformasi digital yang terus berkembang, pelestarian warisan budaya menghadapi tantangan sekaligus peluang baru. Berbagai bentuk representasi budaya kini mulai bergeser dari ruang fisik menuju ruang virtual, memberikan kemungkinan yang lebih luas untuk menjangkau generasi muda, masyarakat global, serta komunitas yang sebelumnya memiliki akses terbatas terhadap warisan budaya daerah. Menjawab tantangan tersebut, tim dosen dari Institut Teknologi Kalimantan (ITK) menghadirkan inovasi berbasis teknologi yang menggabungkan nilai-nilai lokal dengan pendekatan digital melalui pengembangan Lamiang Nusantara, sebuah platform museum digital imersif berbasis visualisasi 3D.
Penelitian ini merupakan salah satu program strategis dalam bidang pelestarian budaya digital yang dikembangkan oleh Fakultas Pembangunan Berkelanjutan ITK, khususnya di lingkungan Program Studi Desain Komunikasi Visual dan Informatika. Proyek ini dipimpin oleh Eko Agung Syaputra, S.Ds., M.Ds., dosen Desain Komunikasi Visual, bersama dua anggota tim: Ramadhan Paninggalih, S.Si., M.Si., M.Sc., dosen Informatika, dan Hesti Rosita Dwi Putri, S.Pd., M.Ds., dosen Desain Komunikasi Visual. Kolaborasi lintas disiplin ini menjadi kekuatan utama dalam mengembangkan platform digital yang tidak hanya mengedepankan kualitas visual, tetapi juga mengintegrasikan keandalan sistem, kemudahan akses, serta relevansi terhadap konteks budaya Kalimantan Timur.
Secara umum, Lamiang Nusantara hadir sebagai sebuah inovasi yang merespon kebutuhan akan metode baru dalam pelestarian, dokumentasi, dan diseminasi warisan budaya lokal. Dengan mengandalkan teknologi visualisasi tiga dimensi (3D) yang bersifat imersif dan interaktif, platform ini memungkinkan pengguna menjelajahi artefak budaya dalam lingkungan virtual seolah-olah berada di dalam museum fisik. Fitur-fitur seperti rotasi objek, zoom in–zoom out, serta narasi interaktif memungkinkan pengalaman budaya yang lebih mendalam, personal, dan edukatif.
Dalam proses pengembangannya, tim peneliti menerapkan pendekatan design sprint, sebuah metode desain berbasis iterasi yang mengedepankan kecepatan, validasi langsung oleh pengguna, dan pengembangan berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, proses desain tidak hanya mempertimbangkan aspek estetika dan teknis, tetapi juga memperhatikan kebutuhan, persepsi, serta keterlibatan pengguna sebagai bagian integral dari sistem.
Platform ini dievaluasi dengan membandingkan performa beberapa teknologi pemindaian 3D populer, seperti Luma AI, Polycam, dan LiDAR. Meskipun evaluasi teknis tetap dilakukan secara komprehensif oleh tim, fokus utama pengembangan tetap diarahkan pada pengalaman pengguna dan nilai edukatif, bukan semata-mata pada presisi teknis. Hasilnya, Lamiang Nusantara dinilai mampu menghadirkan representasi digital artefak budaya yang akurat, menarik, serta mudah diakses oleh berbagai kalangan, termasuk pelajar, mahasiswa, peneliti, dan masyarakat umum.
Salah satu capaian penting dari penelitian ini adalah ditemukannya peningkatan pemahaman pengguna terhadap artefak budaya melalui visualisasi 3D. Respon pengguna terhadap platform menunjukkan adanya peningkatan apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal, serta tumbuhnya kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya di era digital. Hal ini memperkuat posisi Lamiang Nusantara tidak hanya sebagai media informasi, tetapi juga sebagai sarana edukasi dan pelibatan publik yang strategis.
Secara akademis, penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan paradigma pelestarian budaya digital berbasis teknologi visual imersif. Selain itu, proyek ini juga sejalan dengan arah kebijakan nasional terkait pengembangan transformasi digital, Smart City, dan digitalisasi warisan budaya yang mendorong pemanfaatan teknologi informasi dalam pembangunan berkelanjutan.
Namun demikian, tim peneliti juga menyadari adanya tantangan dalam proses pengembangan platform ini. Di antaranya adalah keterbatasan perangkat keras pemindaian, jumlah artefak yang dapat didokumentasikan secara detail, serta tantangan teknis dalam optimalisasi sistem berbasis cloud yang digunakan untuk penyimpanan dan pemrosesan visualisasi 3D. Oleh karena itu, langkah selanjutnya dalam pengembangan Lamiang Nusantara mencakup peningkatan kualitas pemindaian, pengembangan rendering real-time yang lebih efisien, serta pelibatan lebih banyak pihak—termasuk museum lokal, komunitas adat, dan pemerintah daerah—dalam proses kurasi dan digitalisasi artefak.
Anggota :
1. Eko Agung Syaputra, S.Ds., M.Ds.
2. Ramadhan Paninggalih, S.Si., M.Si., M.Sc.
3. Hesti Rosita Dwi Putri, S.Pd., M. Ds 
Dalam jangka panjang, platform ini diharapkan dapat berkembang menjadi ekosistem digital yang mendukung arsip budaya terbuka, memperluas partisipasi publik dalam pelestarian budaya, dan memperkuat identitas lokal di tengah arus globalisasi. Sebagai institusi pendidikan tinggi yang berbasis di Kalimantan Timur, ITK berkomitmen untuk terus berinovasi dalam bidang riset dan pengabdian masyarakat yang relevan dengan kebutuhan daerah, khususnya dalam menjaga keberlanjutan nilai-nilai budaya lokal.
Dengan hadirnya Lamiang Nusantara, ITK menegaskan perannya sebagai pelopor dalam pemanfaatan teknologi untuk pelestarian budaya, membangun jembatan antara warisan masa lalu dan generasi masa depan melalui pendekatan yang adaptif, kolaboratif, dan transformatif.
1. Pelestarian Budaya Lokal Secara Digital
Penelitian ini menghadirkan solusi inovatif dalam pelestarian artefak budaya Kalimantan Timur melalui digitalisasi berbasis 3D, sehingga warisan budaya dapat terdokumentasi secara aman, akurat, dan tahan terhadap risiko kerusakan fisik atau hilang karena waktu.
2. Peningkatan Akses dan Literasi Budaya
Melalui museum digital berbasis visualisasi 3D imersif, masyarakat luas—termasuk pelajar, peneliti, dan publik global—dapat mengakses dan mempelajari budaya Kalimantan Timur secara mudah dan interaktif, tanpa terhalang oleh batas geografis.
3. Inovasi Edukatif Berbasis Teknologi
Platform ini berfungsi sebagai sarana edukasi yang menyenangkan dan interaktif, memperkuat pemahaman generasi muda terhadap budaya lokal dengan pendekatan teknologi yang relevan dengan kebiasaan digital mereka.
4. Kontribusi terhadap Transformasi Digital & Smart City
Hasil penelitian ini mendukung agenda nasional dalam pengembangan transformasi digital, khususnya dalam sektor kebudayaan dan pembangunan Smart City yang berbasis pelestarian nilai-nilai lokal.
5. Penguatan Kolaborasi Interdisipliner dan Kelembagaan
Proyek ini menunjukkan keberhasilan kolaborasi antara bidang desain, teknologi informasi, dan kajian budaya dalam menciptakan solusi inovatif. Hal ini memperkuat kapasitas riset institusi serta membuka peluang kemitraan dengan komunitas budaya, pemerintah daerah, dan lembaga edukasi lainnya.