Analisis Batimetri Ungkap Potensi Tsunami Akibat Longsor Bawah Laut

  • Fokus Riset: Kemaritiman

  • Ketua Peneliti: Meidi Arisalwadi
  • Tahun Penelitian: 2025

Deskripsi

Kemiringan batimetri atau bathymetric slope merupakan salah satu faktor penting yang menentukan potensi terjadinya tsunami di suatu wilayah. Morfologi dasar laut yang curam dapat menyebabkan ketidakstabilan sedimen sehingga memicu terjadinya longsor bawah laut (submarine landslide), salah satu mekanisme pembangkitan tsunami selain gempa tektonik. Pada lereng bawah laut yang memiliki kemiringan lebih dari 10–15 derajat, gaya geser pada sedimen menjadi lebih besar, sehingga ketika terjadi guncangan gempa, massa sedimen dapat runtuh dan memindahkan volume air dalam jumlah besar. Peristiwa ini mampu menghasilkan gelombang tsunami tinggi meskipun magnitudo gempa tidak terlalu besar. Sebaliknya, kemiringan batimetri yang landai juga berperan dalam memperkuat gelombang tsunami ketika mendekati pantai. Seiring berkurangnya kedalaman laut secara perlahan, gelombang tsunami mengalami proses shoaling yang memperlambat kecepatan rambat namun meningkatkan tinggi gelombang secara signifikan, sehingga wilayah pesisir dengan lereng landai lebih rentan mengalami genangan luas. Selain itu, variasi kemiringan batimetri turut mempengaruhi pola perambatan tsunami. Lereng curam dapat memantulkan sebagian energi gelombang sehingga terbentuk pola interferensi yang memperbesar gelombang pada titik tertentu, sementara daerah berlereng landai menyebabkan gelombang merambat lebih stabil namun semakin tinggi saat mendekati garis pantai. Konfigurasi batimetri ini menjadikan beberapa wilayah pesisir di Indonesia, seperti Kalimantan Timur, Sulawesi, dan kepulauan di Laut Banda, memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda meskipun tidak berada langsung di zona megathrust. Di kawasan seperti Selat Makassar, kombinasi antara lereng terjal di tengah cekungan laut dan topografi pesisir yang landai menciptakan kondisi di mana tsunami berpotensi terbentuk akibat longsor bawah laut dan kemudian teramplifikasi ketika mencapai daratan.  Seperti pada gambar dibawah ini di daerah selat Makasar.

 

Dalam pemodelan tsunami modern seperti COMCOT, kemiringan batimetri menjadi komponen kunci untuk mensimulasikan gelombang tsunami secara realistis. Data batimetri digunakan untuk menentukan skenario longsor bawah laut, membentuk profil awal tsunami (initial wave profile), serta memprediksi perubahan energi dan tinggi gelombang saat merambat menuju pantai. Dengan memanfaatkan data batimetri beresolusi tinggi, model dapat menghasilkan estimasi yang lebih akurat mengenai tinggi gelombang, waktu tiba, dan luas genangan tsunami di wilayah pesisir. Hal ini sangat penting bagi Indonesia yang memiliki morfologi bawah laut yang bervariasi dan rentan terhadap mekanisme tsunami non-tektonik. Oleh karena itu, analisis kemiringan batimetri menjadi bagian esensial dalam penilaian risiko tsunami dan penyusunan strategi mitigasi berbasis sains untuk melindungi masyarakat di wilayah pesisir.

 

 

Anggota Tim :

1. Mulyadi Faisal, S.Si, M.Si 
2. Febrian Dedi Sastrawan, M.Sc
3. Rahmania, M.Sc
4. M. Redho, M.Si

 


Manfaat

Penelitian ini memberikan manfaat langsung bagi masyarakat pesisir dan pemerintah daerah dalam upaya mitigasi bencana. Informasi mengenai zona bahaya berdasarkan lereng batimetri dapat digunakan untuk merencanakan tata ruang pesisir, menentukan jalur evakuasi, merancang sistem peringatan dini, serta memprioritaskan wilayah yang membutuhkan peningkatan kesiapsiagaan. Bagi Indonesia yang memiliki keragaman batimetri dan potensi tsunami non-tektonik, hasil penelitian ini sangat penting untuk memperkuat strategi mitigasi yang tidak hanya berfokus pada megathrust, tetapi juga sumber bahaya lain seperti longsor bawah laut.

AGENDA

12

Mar

Workshop Pembuatan Video Aftermovie KKN ITK
09.00 WITA s/d 12.00 WITA
Zoom Meeting : https://s.itk.ac.id/video_aftermovie

16

Feb

Scholarship Info Session : AUSTRALIA AWARDS
10.00 - 12.00 WITA
Zoom Cloud Meeting (https://s.itk.ac.id/zoom_aas)

11

Feb

Diseminasi Inovasi Edisi #1
13.30 WITA - Selesai
Via zoom meeting dan Youtube Institut Teknologi Kalimantan
Lihat Selengkapnya