Balikpapan – Institut Teknologi Kalimantan (ITK) melalui program studi Teknik Material dan Metalurgi memanfaatkan limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai material insulasi termal. Kelompok riset yang diketusai oleh Gusti Umindya Nur Tajalla melakukan studi mengenai optimasi komposisi TKKS dan pengikat (binder) dari low-melt polyester. Dari hasil tersebut didapatkan komposisi 8:2 (w/w) memiliki konduktifitas termal yang paling rendah, yaitu 0.057 W/mK.
Konduktifitas yang rendah menghambat panas merambat melalui medium. Hal ini juga didukung oleh hasil simulasi bahwa semakin banyak serat alam yang digunakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu maksimum juga lebih lama. Selain itu, susunan serat yang acak juga menghasilkan laju panas lambat. Penempatannya yang acak dapat menahan panas lebih baik dari pada yang disusun rapi, karena lintasan laju panas yang berkelok-kelok menyebabkan panas yang masuk pada serat menjadi terhambat.
Penelitian ini dapat menawarkan alternatif material insulasi termal pada bangunan yang lebih ramah lingkungan dan lebih terjangkau. Bahan dasar yang digunakan berasal dari limbah TKKS yang selama ini jarang dimanfaatkan dengan baik. Padahal, TKKS dapat diolah kembali menjadi berbagai aplikasi sehingga dapat meningkatkan nilai dari limbah itu sendiri. Tidak hanya itu, struktur yang berpori pada TKKS diklaim memiliki sifat penyerapan panas yang baik sehingga lebih optimal. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan peralatan sederhana, yaitu mesin hot press yang dioperasikan pada temperatur 200°C. Penggunaan temperatur ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan proses pembuatan insulasi panas komersial saat ini, sehingga lebih hemat energi dan lebih ekonomis. Agar penelitian ini terus berkembang, Gusti memberi peluang kepada mahasiswa-mahasiswa yang tertarik untuk mengembangkan TKKS sebagai aplikasi material insulasi termal.
Memberikan alternatif material insulasi termal pada bangunan yang lebih ramah lingkungan dan lebih terjangkau