Lokasi yang memiliki exposure tinggi terhadap ancaman bahaya menjadi sasaran lokasi tempat tinggal. Potensi bahaya pada wilayah perkotaan yang paling sering dijumpai adalah banjir. Kegiatan risiko bencana dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin terjadi terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko bahaya, melakukan penilaian kerentanan komunitas terhadap risiko, mengembangkan kesiapsiagaan dan rencana mitigasi, implementasi rencana, monitoring, evaluasi, revisi dan memperbarui rencana (plan). Salah satu kota yang terdampak banjir pada pertengahan Januari tahun 2021 adalah Kota Banjarmasin. Dimana rata-rata tinggi dari gengangan banjir adalah 30-40 cm dan rata-rata lama genangan banjir adalah 19 hari.
Gambar 1. Faktual Kejadian ancaman Banjir di Wilayah Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data setiap kelurahan dari beberapa aspek. Pertama, aspek kerentanan lingkungan yaitu data curah hujan dan penggunaan lahan. Kedua, aspek kerentanan fisik berupa data jumlah dari fasilitas penting yaitu fasilitas Pendidikan dan fasilitas peribadatan. Ketiga, aspek kerentanan sosial yaitu jumlah dan kepadatan penduduk serta laju pertumbuhan penduduk.
Langkah selanjutnya adalah analisis tingkat ancaman bahaya (Hazard) bencana banjir yaitu dengan analisis penentuan zona bahaya bencana banjir. Nilai skoring untuk luas genangan didapatkan dari penelitian milik (Prayudhatama, 2017), namun satuan luasan diubah dari m2 ke Ha, sehingga didapatkan klasifikasi skor 3 (ancaman bahaya tinggi) dikarenakan luas genagan banjir di kota Banjarmasin sebesar 8000-10000 ha. Nilai skoring Lama Gengan didapatkan dari Perka BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, sehingga didapatkan klasifikasi skor 2 karena lama genangan banjir adalah 19 hari. Selanjutnya, dilakukan analisis penentuan zona ancaman bahaya bencana banjir dengan menggunakan alat analisis spasial yaitu weighted overlay antar variabel yang berpengaruh yakni lama genangan, kedalaman genangan, dan luas genangan yang telah di-skoring pada analisis sebelumnya, sehingga dihasilkan peta zona ancaman bahaya bencana banjir yang dapat dilihat pada Gambar 2 Zona Ancamana Bahaya (Hazard) Bencana Banjir.
Gambar 2. Zona Ancaman Bahaya (Hazard) Bencana Banjir
Setelah menganalisis zona ancaman bahaya (hazard) bencana banjir dilakukan analisis tingkat kerentanan (Vulnerability) bencana banjir. Pada tahap ini dilakukan analisis klasifikasi nilai parameter yang akan digunakan untuk melakukan analisis penentuan zona kerentanan banjir. Langkah terakhir adalah analisis penentuan zona kerentanan (Vulnerability) bencana banjir. Analisis penentuan zona kerentanan lingkungan dilakukan dengan menggunakan alat analisis spasial yaitu weighted overlay antar variabel yang berpengaruh yakni curah hujan, jenis penggunaan lahan, kemiringan lahan, dan ketinggian lahan dengan pembobotan sama rata pada masing-masing variabel, sehingga dihasilkan peta zona ancaman bahaya bencana banjir yang dapat dilihat pada Gambar 1. Zona Kerentanan Lingkungan Curah Hujan dan Gambar 2. Zona Kerentanan Penggunaan Lahan.
Gambar 3. Zona Kerentanan Lingkungan Curah Hujan
Gambar 4. Zona Kerentanan Penggunaan Lahan
Analisis penentuan zona kerentanan fisik bencana banjir dilakukan dengan menggunakan alat analisis spasial yaitu weighted overlay antar variabel yang berpengaruh yakni lama genangan, kedalaman genangan, dan luas genangandengan pembobotan sama rata pada masing-masing variabel, sehingga dihasilkan peta zona ancaman bahaya bencana banjir yang dapat dilihat pada Gambar 5. Zona Kerentanan Fisik Pendidikan dan Gambar 6. Zona Kerentanan Fisik Peribadatan.
Gambar 5. Zona Kerentanan Fisik Pendidikan
Gambar 6. Zona Kerentanan Fisik Peribadatan
Analisis penentuan zona kerentanan sosial bencana banjir dilakukan dengan menggunakan alat analisis spasial yaitu weighted overlay antar variabel yang berpengaruh yakni lama genangan, kedalaman genangan, dan luas genangandengan pembobotan sama rata pada masing-masing variabel, sehingga dihasilkan peta zona ancaman bahaya bencana banjir yang dapat dilihat pada Gambar 6. Zona Kerentanan Sosial Laju Pertumbuhan Penduduk dan Gambar 7. Zona Kerentanan Sosial Padat Penduduk.
Gambar 7. Zona Kerentanan Sosial Laju Pertumbuhan Penduduk
Gambar 8. Zona Kerentanan Sosial Padat Penduduk
Analisis penentuan zona kerentanan bencana banjir dilakukan dengan menggunakan alat analisis spasial yaitu weighted overlay antar variabel yang berpengaruh yakni zona kerentanan lingkungan, zona kerentanan fisik, dan zona kerentanan sosial dengan pembobotan sama rata pada masing-masing variabel, sehingga dihasilkan peta zona ancaman bahaya bencana banjir yang dapat dilihat pada Gambar 8. Zona Kerentanan Bencana Banjir.
Gambar 9. Zona Kerentanan Bencana Banjir
Analisis penentuan zona risiko bencana banjir dilakukan dengan menggunakan alat analisis spasial yaitu weighted overlay berdasarkan rumus risiko yakni ancaman bahaya dan kerentanan dengan pembobotan sama rata pada masing-masing variabel, sehingga dihasilkan peta zona risiko bencana banjir yang dapat dilihat pada Gambar.9. Zona Risiko (Risk) Bencana Banjir.
Gambar 10. Zona Risiko (Risk) Bencana Banjir
Tim Peneliti
Oryza Lhara Sari, S.T., M.T. (Teknik Sipil/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan)
Ir. Rossana Margaret K. Y., S.T., M.T. (Teknik Sipil/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/ITK)
Dr. Eng Ardiansyah Fauzi, S.T., M.Eng. (Teknik Sipil/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/ITK)