Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos Guna Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Km 24

  • 30 Juni 2022
  • Admin

Pengabdian Kepada Masyarakat - Salah satu produksi sampah yang melimpah berupa sayur-sayuran dan buah-buahan. Beberapa sayuran yang diproduksi di Indonesia adalah kangkung, sawi, kubis dll. Dan buah-buahan seperti jambu, apel, mangga dll. Sayuran merupakan makanan yang penting bagi manusia untuk melengkapi makanan empat sehat lima sempurna. Namun, masyarakat Indonesia belum memanfaatkan secara maksimal sayuran tersebut. Sehingga menambah tumpukan sampah dengan bau yang tidak sedap. Buah dan sayur termasuk jenis bahan pangan yang mudah rusak dan memiliki waktu simpan yang relatif singkat. Biasanya produk buah dan sayur yang telah rusak tidak dapat dikonsumsi lagi sehingga akan berakhir menjadi limbah yang dibiarkan begitu saja dan kurang dimaksimalkan pengelolaannya.

 

 

Hal ini sering dialami oleh para petani terutama di KM 24 kelurahan Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Sayuran dan buah-buahan yang sudah rusak dibuang di tempat penampungan sementara, namun karena jumlahnya yang cukup banyak dan tempat penampungan yang kapasitasnya masih terbatas tidak jarang membuat limbah-limbah tersebut berserakan melebihi tempat penampungan. Sehingga banyak menimbulkan dampak buruk, tidak hanya karena bau yang ditimbulkan tetapi juga karena mempunyai banyak dampak lain pada manusia antara lain kesehatan (menjadi sarang/sumber penyakit), lingkungan, dan sosial ekonomi. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk. 060/2/2006, tentang pupuk organik dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Adapun hasil dari praktek pembuatan pupuk kompos dari bahan organik adalah berhasil dan dapat segera diterapkan pada tanaman. Setelah kami periksa pupuk kompos tersebut telah matang atau jadi dan dapat diterapkan ke kebun mitra atau masyarakat.

 

 

Kami juga telah menerapkan pupuk kompos organik tersebut pada tanaman mitra yang baru ditanam. Cara melakukan pengecekan tingkat kematangan pupuk kompos adalah dengan mencium bau dari pupuk kompos tersebut, jika berbau tanah maka pupuk tersebut sudah jadi dan jika masih berbau amis atau busuk berarti pupuk tersebut belum matang. Pupuk kompos juga bisa kita masukkan ke dalam air, jika pupuk tersebut tenggelam berarti pupuk tersebut telah matang dan jika air yang telah tercampur pupuk kompos tersebut tidak berubah warna maka pupuk tersebut telah matang. Oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa pupuk kompos yang telah kami buat telah matang dan dapat diterapkan di kebun mitra atau masyarakat. Hal ini terjadi karena kami menggunakan starter pupuk kompos jadi dan menggunakan EM4 sehingga mempercepat pembusukan bahan organik tersebut oleh bakteri. Volume pupuk yang dibuat juga berpengaruh, karena volume pupuk kompos yang kami buat itu sangat kecil maka proses pembusukan atau penguraiannya juga akan sangat cepat. Sehingga kedepannya kami dapat mengetahui perbedaan antara tanaman yang menggunakan pupuk kompos organik dengan tanaman yang tidak menggunakan pupuk kompos organik.

 

 

LPPM - Institut Teknologi Kalimantan

AGENDA

12

Mar

Workshop Pembuatan Video Aftermovie KKN ITK
09.00 WITA s/d 12.00 WITA
Zoom Meeting : https://s.itk.ac.id/video_aftermovie

16

Feb

Scholarship Info Session : AUSTRALIA AWARDS
10.00 - 12.00 WITA
Zoom Cloud Meeting (https://s.itk.ac.id/zoom_aas)

11

Feb

Diseminasi Inovasi Edisi #1
13.30 WITA - Selesai
Via zoom meeting dan Youtube Institut Teknologi Kalimantan
Lihat Selengkapnya