Penelitian - Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan luas perairan sebesar 3.110.000 km2 yang menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara maritim terbesar di dunia. Sebagai negara dengan luas perairan dan garis pantai terpanjang di dunia membuat potensi alam di Indonesia menjadi sangat kaya. Banyak masyarakat Indonesia yang menggantungkan mata pencaharian di sektor perikanan dan pariwisata yang menjadi dasar pertumbuhan industri maritim di Indonesia meningkat dengan pesat. Banyaknya industri maritim yang membuat bangunan ataupun produk seperti kapal yang langsung bersentuhan dengan air laut membuat industri maritim memiliki tantangan besar dalam bidang korosi. Korosi pada material bangunan atau kapal menjadi permasalahan yang sangat merugikan dunia industri. Salah satu korosi yang banyak terjadi pada material industri maritim yaitu korosi pada baja AISI 1040. Korosi tersebut sangat berdampak sekali terhadap dunia industri maritim terutama pada bidang ekonomi. Dampak ekonomi dari kerugian akibat korosi ini sangat signifikan, diperkirakan mencapai sekitar 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global, atau sekitar $2,5 triliun setiap tahun. Oleh sebab itu, pencarian solusi yang efektif dan tepat guna untuk mencegah korosi pada baja ini sangatlah penting. Salah satu pendekatan yang menarik yaitu penggunaan inhibitor korosi alami, yang tidak hanya efektif tetapi juga memiliki dampak lingkungan yang minim.
Inhibitor korosi alami merupakan sebuah senyawa atau bahan yang berasal dari alam seperti tumbuhan ataupun mineral yang ada di lingkungan sekitar yang memiliki kemampuan untuk menghambat proses ataupun penyebaran korosi pada logam. Salah satu kandidat yang memiliki potensi untuk menjadi inhibitor korosi alami adalah ekstrak daun Karamunting (Rhodomystus tementosa). Tumbuhan Karamunting ini merupakan tumbuhan endemik asli dari Kalimantan yang tumbuh subur di berbagai wilayah. Tumbuhan ini umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tumbuhan penyembuh segala jenis penyakit seperti obat demam, mengatasi diabetes, mengobati luka luar, dan penetral racun. Selain dimanfaatkan sebagai obat herbal, Daun Karamunting juga memiliki segudang manfaat yang bermanfaat bagi permasalahan industri maritim di Indonesia. Daun Karamunting mengandung berbagai senyawa aktif seperti aleuron, katekol, flavonoid, alkaloid, dan tanin yang memiliki potensi untuk menghambat proses korosi. Keuntungan utama dari pendekatan ini adalah bahwa ekstrak daun Karamunting dapat diperoleh dengan mudah, ramah lingkungan, dan tidak beracun.
Penelitian mengenai ekstrak Daun Karamunting (Rhodomystus tementosa) sebagai inhibitor korosi pada baja AISI 1040 ini merupakan hasil kolaborasi yang penting antara peneliti dari Institut Teknologi Kalimantan (ITK) dan University of MARA (UiTM) Malaysia. Tim peneliti ini dipimpin oleh Prof. Dr. Yusairie Mohammad, seorang ahli terkemuka dalam bidang korosi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan inovasi baru dalam pencegahan korosi dengan fokus pada baja AISI 1040 dalam lingkungan maritim. Penelitian ini berlangsung selama satu tahun penuh dan memiliki target untuk menghasilkan luaran jurnal ilmiah internasional bereputasi.
Adapun proses penelitian ekstrak Daun Karamunting (Rhodomystus tementosa) sebagai inhibitor korosi pada baja AISI 1040 ini diawali dengan melakukan ekstraksi senyawa-senyawa aktif yang terdapat pada daun Karamunting seperti tanin dan flavonoid yang diketahui melalui pengujian fitokimia. Setelah ekstraksi, langkah berikutnya yaitu mengoptimalkan efektivitas laju korosi menggunakan ekstrak daun tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan variasi konsentrasi ekstrak dan pemaparan baja AISI 1040 menggunakan metode weight loss dan potensiodynamic dalam lingkungan simulasi maritim. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pengujian EIS dan SEM-EDX untuk mengetahui efisiensi inhibisi yang baik untuk baja AISI 1040. Pengujian SEM-EDX digunakan untuk mengetahui perubahan mikrostruktur pada logam dan diperoleh pengurangan kandungan unsur yang berbanding lurus dengan lama perendaman. Selanjutnya data laju korosi dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menentukan konsentrasi ekstrak yang paling optimal dalam menghambat korosi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak dari daun Karamunting memiliki potensi yang signifikan sebagai inhibitor korosi. Jumlah volume konsentrasi ekstrak daun Karamunting yang tepat dapat mengurangi laju korosi baja AISI 1040 secara substansial dalam lingkungan yang mengandung faktor korosi yang umum ditemui di lingkungan maritim. Kemudian analisis lebih lanjut juga dilakukan untuk memahami mekanisme inhibisi yang terlibat dalam interaksi antara senyawa-senyawa dalam ekstrak daun Karamunting dan permukaan baja.
Penelitian ekstrak Daun Karamunting (Rhodomystus tementosa) sebagai inhibitor korosi pada baja AISI 1040 menjadi inovasi yang cerdas dan tepat sasaran dalam menyelesaikan permaslahan industri maritim di Indonesia. Diharapkan industri-industri yang bergantung pada baja AISI 1040 dalam lingkungan maritim dapat mengurangi kerugian akibat korosi dengan cara yang ramah lingkungan dan ekonomis. Penggunaan ekstrak daun Karamunting sebagai inhibitor korosi dapat menjadi langkah penting menuju perlindungan lingkungan yang lebih baik dan tetap selaras memenuhi kebutuhan industri yang terus berkembang. Selain itu, kerjasama lintas negara dalam penelitian ini diharapkan juga dapat terus terjalin guna membantu memperluas wawasan dan pengetahuan tidak hanya dibidang pencegahan korosi melainkan ke berbagai bidang lainnya. Selanjutnya, jika tertarik pada penelitian ini bisa menghubungi email: nita@lecturer.itk.ac.id atau grup penelitian elektrokimia di Teknik Material dan Metalurgi, Institut Teknologi Kalimantan.
Disusun oleh:
Yunita Triana, S.Si., M.Si., Ph.D
LPPM - Institut Teknologi Kalimantan