Pengabdian Kepada Masyarakat - Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia yang perlu diwaspadai selain penyakit lain yang disebabkan oleh virus. Vaksin untuk penyakit DBD belum ditemukan sehingga hal utama yang dapat dilakukan adalah dengan memutus mata rantai persebaran nyamuk Aedes aegypti. Penggunaan abate berbahan kimia serta tidak ramah lingkungan dapat menimbulkan efek samping terutama terhadap resistensi nyamuk. Dalam hal ini, diperlukan larvasida baru berbahan dasar alami untuk memutus siklus hidup nyamuk aedes aegypti.
Pada kesempatan ini, Tim pengmas beranggotakan tiga dosen Teknik kimia dibantu dengan mahasiswa melakukan program kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk edukasi pembuatan larvasida alami berbahan dasar daun jeruk limau dan kelambu air dalam upaya pencegahan kasus demam berdarah di wilayah Karang Joang-Balikpapan Utara. Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan edukasi tentang pembuatan larvasida daun jeruk dan kelambu air serta edukasi mengenai pentingnya 3M yakni menjaga kebersihan lingkungan sekitar terutama penampungan air tempat perkembangbiakan nyamuk. Tanaman Jeruk limau (Citrus hystrix D.C.) umumnya dimanfaatkan sebagai penyedap masakan dan campuran olahan makanan terutama buah dan daunnya (Gambar 1). Selain digunakan untuk campuran olahan makanan, daun jeruk limau juga digunakan untuk mengurangi bau amis ikan. Sedangkan buah nya lebih sering digunakan untuk perawatan tubuh, serta kulit buah dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuat shampoo pencuci rambut.
Tanaman jeruk limau (Citrus hystrix D.C.) memiliki metabolit sekunder yang berupa senyawa bioaktif. Senyawa metabolit sekunder ini memiliki efek farmakologis sekaligus toksikologis baik pada manusia maupun hewan, dimana nutrien (seperti vitamin dan mineral) tidak termasuk didalamnya. Seperti yang telah diketahui, senyawa bioaktif tidak digunakan sebagai bahan utama dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, akan tetapi senyawa ini sifatnya melindungi tanaman. Senyawa metabolit sekunder memiliki kuantitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan produk metabolit primer dan merupakan hasil sampingan dari biosintesis primer (Bernhoft, 2010). Jeruk limau (Citrus hystrix D.C.) mengandung zat seperti naringenin dan hesperidin yang digolongkan sebagai flavonoida (Han et al., 2012). Penelitian lain juga telah menunjukan bahwa hasil ekstraksi senyawa aktif tertinggi terdapat pada daun dan kulit buah (Ampasavate et al., 2010). Keberadaan senyawa aktif utama dan yang kurang aktif yang ada dalam tumbuhan dapat meningkatkan aktivitas esktrak secara keseluruhan (sinergi). Hal ini memungkinkan serangga tidak mudah menjadi resisten, karena kemampuan serangga membentuk sistem pertahanan terhadap beberapa senyawa yang berbeda secara bersamaan lebih kecil.
Gambar 2 (a) ampas daun jeruk limau yang telah dipisahkan dengan ekstraknya setelah penyimpanan 24 jam; (b) liquid ekstrak daun jeruk limau setelah pemisahan tahap awal dengan ampas daun jeruk; (c) liquid ekstrak daun jeruk setelah melalui proses penguapan
Gambar 3. (a) tim pengmas memberikan edukasi melalui presentasi dan pembagian broshur berisi prosedur pembuatan larvasida dari daun jeruk limau dan kelambu air; (b) tim masyarakat berdiskusi dan mengisi kuisioner kepuasan terhadap kegiatan yang dilakukan; (c) dokumentasi sesi akhir kegiatan pengabdian masyarakat.
Gambar 2 merupakan photograph hasil pembuatan larvasida alami dari ekstrak daun jeruk limau (Citrus hystrix D.C.) dengan ethanol sebagai pelarut. Gambar 2(a) merupakan ampas daun jeruk setelah dipisahkan dari liquid ekstraknya, ampas daun jeruk ini diperas dan difiltrasi dengan menggunakan ethanol. Setelah dipisahkan dengan ampasnya, liquid ekstrak hasil filtrasi disimpan selama 24 jam, sehingga didapatkan warna hijau kecokelatan. Setelah penyimpanan 24 jam, dilakukan filtrasi tahap kedua. Selanjutnya dilakukan proses penguapan untuk mendapatkan liquid ekstrak daun jeruk limau yang berwarna hijau kekuningan. Untuk menguji efektifitas ekstrak daun jeruk limau terhadap kematian nyamuk, maka digunakan sampel dengan dosis yang bervariasi mulai dari 0,3% hingga 0,6%. Pengamatan terhadap kematian larva nyamuk dilakukan selama 2 minggu. Selain dilakukan edukasi pembuatan larvasida dari daun jeruk limau, program kegiatan pengabdian masyarakat ini juga mengedukasi masyarakat akan pentingnya menerapkan 3 M yakni menjaga kebersihan lingkungan, mengubur barang/sampah bekas, dan menutup rapat tempat penampungan air tempat perkembangbiakan nyamuk dalam upaya mencegah penyakit DBD. Pembuatan kelambu air dari bahan kain kasa juga diberikan sosialisasinya guna mendukung efektifitas larvasida daun jeruk terhadap kematian dan penyebaran larva nyamuk. Hasil investigasi juga menunjukkan bahwa penggunaan kelambu air membantu meningkatkan keefektifan larvasida daun jeruk terutama penggunaan pada dosis yang rendah. Gambar 3 adalah dokumentasi kegiatan pengabdian bersama dengan masyrakat dan tim. Edukasi pelatihan pembuatan larvasida dan kelambu air pada kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk presentasi, ceramah, diskusi tanya jawab, pembagian broshur dan pengisian kuisioner kepuasan masyarakat terhadap kegiatan.
LPPM - Institut Teknologi Kalimantan