Dosen ITK Lakukan Penelitian Teknologi Ekstraksi Hijau (Green Extraction) Minyak Bekatul sebagai alternatif bahan baku di industri minyak goreng

  • 30 Juni 2022
  • Admin

Penelitian - Bekatul (rice bran) merupakan salah satu hasil samping yang diperoleh dari proses penggilingan gabah padi menjadi beras selain sekam dan dedak padi. Sekitar 10% dari berat padi merupakan bekatul. Dilansir oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, produksi padi pada tahun 2019 mencapai 253.818 ton, sehingga diperkirakan produksi bekatul dapat mencapai 25.382 ton yang mana merupakan jumlah yang cukup besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai produk pangan atau non pangan. Akan tetapi, besarnya produksi bekatul tersebut tidak sebanding dengan pemanfaatannya, di mana sejauh ini bekatul hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Padahal bekatul sendiri diakui sebagai sumber bahan pangan potensial dengan kandungan neutrasetikal penting yang melimpah seperti asam fenol, flavonoid, vitamin E dan antioksidan γ-oryzanol. Disamping itu, bekatul memiliki manfaat sebagai sumber pangan sehat untuk diet dikarenakan aktivitas antidiabetes γ-oryzanol yang dimiliki oleh bekatul selain kandungan dietary fibres yang cukup melimpah di dalamnya.

 

Minyak bekatul atau rice bran oil (RBO) merupakan salah satu edible oil yang diperoleh dari hasil ekstraksi bekatul yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif minyak goreng selain minyak kelapa sawit atau palm oil (PO) dikarenakan keunggulan frying characteristics-nya, yakni less oil pada proses penggorengan dibandingkan minyak goreng lain. Selain itu, oxidative stability RBO khususnya dalam proses penggorengan disebabkan oleh kandungan γ-oryzanol, tocopherols dan tocotrienols sehingga dapat menekan laju pembentukan hydroperoxide, p-anisidine, free fatty acid (FFA), dan perubahan warna. Oleh karena kandungan FFA yang terbentuk sangat kecil, menyebabkan penurunan smoke point pada RBO tidak signifikan selama proses deep frying.

 

 

Dalam skala industri, ekstraksi RBO terus didominasi oleh penggunaan pelarut organik berbasis fosil, salah satunya adalah n-heksana. Sementara n-heksana menawarkan sejumlah manfaat, termasuk kemampuan untuk melarutkan bahan baku, titik didih yang rendah, dan harga yang murah, pelarut ini memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal keselamatan, kesehatan, dan lingkungan. Beberapa penelitian ekstraksi lipid telah dilakukan dengan menggunakan pelarut hijau sebagai alternatif pelarut yang berasal dari fosil, seperti alkohol dan terpena. D-limonene merupakan salah satu pelarut terpena yang mungkin berasal dari fraksinasi minyak jeruk. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa d-limonene lebih efektif daripada n-heksana karena mampu menghasilkan minyak 32% lebih banyak daripada n-heksana. Namun, kelemahannya adalah konsumsi energi tinggi karena dibutuhkan pada proses ekstraksi dan pemisahan minyak. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, metode ekstraksi berbasis gelombang mikro (microwave-assisted extraction, MAE) karena mampu menghasilkan efisiensi energi yang lebih baik. Peneliti terdahulu telah berhasil mengekstrak minyak nabati dengan metode ini dan menggunakan pelarut d-limonene. Hasilnya adalah terjadi peningkatan yield sebesar 11,4 % bila dibandingkan dengan ekstraksi pelarut tradisional menggunakan n-heksana.

 

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, ekstraksi dengan pendekatan intensifikasi proses yang memanfaatkan gelombang mikro merupakan pengembangan teknologi yang cukup menarik sehingga perlu diselidiki lebih lanjut, terutama dalam industri ekstraksi RBO. Pelarut d-limonene belum banyak digunakan sebagai pelarut hijau sehingga  penelitian ini menunjukkan orisinalitas pengembangan teknologi ekstraksi minyak nabati yang menggunakan pelarut hijau. Jika dibandingkan dengan pelarut alkohol, kombinasi teknik MAE dan pelarut d-limonene merupakan alternatif yang lebih unggul, terutama dalam hal produktivitas hasil, konsumsi energi, dan biaya pengadaan bahan baku. Selain itu, karena kandungan PUFA yang tinggi dari RBO yang berasal dari d-limonene, dapat diproses lebih lanjut menjadi minyak goreng alternatif.

 

 

Tim Peneliti:

  1. Bangkit Gotama, ST., M.T. (Teknik Kimia/JTIP/ITK)
  2. Asful Hariyadi, S.T., M.Eng. (Teknik Kimia/JTIP/ITK)
  3. Achyar Khatami Rahman
  4. Akmal Ahmad

 

 

LPPM - Institut Teknologi Kalimantan

AGENDA

12

Mar

Workshop Pembuatan Video Aftermovie KKN ITK
09.00 WITA s/d 12.00 WITA
Zoom Meeting : https://s.itk.ac.id/video_aftermovie

16

Feb

Scholarship Info Session : AUSTRALIA AWARDS
10.00 - 12.00 WITA
Zoom Cloud Meeting (https://s.itk.ac.id/zoom_aas)

11

Feb

Diseminasi Inovasi Edisi #1
13.30 WITA - Selesai
Via zoom meeting dan Youtube Institut Teknologi Kalimantan
Lihat Selengkapnya